redaksiharian.com – Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), pada Rabu (14/6) mempertahankan kisaran target suku bunga acuan di angka 5 persen hingga 5,25 persen setelah 10 kenaikan beruntun sejak Maret 2022.

“Mempertahankan kisaran target stabil pada pertemuan ini memungkinkan komite untuk menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter,” kata Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu sore, usai menyelesaikan pertemuan kebijakan terbarunya yang berlangsung selama dua hari.

Jeda dalam kenaikan suku bunga ini sebelumnya sudah diperkirakan secara luas karena tingkat pertumbuhan tahunan (year on year/yoy) indeks harga konsumen (IHK) AS pada Mei melambat menjadi 4 persen dari puncaknya, yakni 9,1 persen pada Juni 2022.

The Fed menegaskan kembali bahwa pihaknya berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persennya dan akan terus mengurangi kepemilikannya atas sekuritas Treasury, utang keagenan (agency debt), dan sekuritas yang didukung hipotek keagenan seperti yang telah direncanakan.

Untuk meredam inflasi, The Fed telah melakukan pengetatan moneter yang agresif melalui peningkatan suku bunga acuan sebesar 500 basis poin secara akumulatif.

Secara khusus, para pembuat kebijakan moneter dari The Fed menaikkan proyeksi suku bunga acuan untuk tahun 2023 menjadi 5,6 persen dari 5,1 persen pada Maret, yang mengindikasikan bahwa The Fed dapat melanjutkan kenaikan suku bunga setelah jeda.

Mereka menaikkan perkiraan untuk inflasi pengeluaran konsumsi inti pribadi untuk 2023 menjadi 3,9 persen, naik dari 3,6 persen pada Maret, menurut ringkasan proyeksi ekonomi yang dikeluarkan oleh FOMC.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil pada 2023 naik menjadi 1 persen pada 2023 dari ekspektasi sebelumnya sebesar 0,4 persen, sementara perkiraan tingkat pengangguran pada 2023 turun menjadi 4,1 persen dari 4,5 persen pada Maret.