RedaksiHarian – Pemandangan tidak biasa tersebut muncul saat hari pertama dari tes pramusim MotoGP 2024 yang dihelat pada Selasa (6/2/2024) di Sirkuit Sepang, Sepang, Malaysia.
Peranti berbentuk seperti antena tersebut disematkan di bagian ekor dari motor Aprilia RS-GP yang dikendarai oleh Miguel Oliveira yang memperkuat tim satelit Trackhouse Racing.
Dan seperti halnya antena, peranti tersebut berfungsi mengirim sinyal ke garasi tim untuk tujuan pengembangan.
Peranti yang dibentuk dari rangkaian tabung pitot ini berperan sebagai sensor aerodinamika dengan mengukur kecepatan benda dari tekanan aliran udara yang melaluinya.
“Rasanya seperti punya raket tenis di bagian belakang motor,” ucap Oliviera sambil bercanda sebagaimana diberitakan GPOne.com.
“Dengan banyaknya material untuk diuji coba, kami melakukan beberapa tes. Kita merasakan perbedaannya, meski tidak besar.”
Aero rake bukan teknologi baru dan telah menjadi pemandangan umum di ajang balap purwarupa lainnya yaitu Formula 1. Namun, di MotoGP ceritanya berbeda.
Pergerakan motor dan pembalap yang jauh lebih dinamis membuat pengembangan aerodinamika lebih rumit di MotoGP sehingga baru berkembang pesat dalam satu dekade terakhir.
Itu pun, tidak semua pabrikan tertarik dengan aerodinamika mengingat penerapannya yang tidak mudah terhadap motor-motor yang mereka produksi secara massal.
Meski begitu, pabrikan-pabrikan Eropa seperti Aprilia, Ducati, dan KTM menuai buah dari kerja keras mereka sampai menggeser dominasi pabrikan Jepang dalam peta persaingan.
Hadirnya aero rake pun menjadi pertanda bahwa perang aero di MotoGP telah memasuki tahap yang lebih jauh lagi, ke arah yang sama dengan F1.
Tidak semua orang senang ketika teknologi menjadi penggerak utama dalam kejuaraan.
Secara penampilan, motor MotoGP zaman now makin jauh dari motor pada umumnya karena penambahan winglet di sana-sini serta fairing yang makin rumit.
Selain itu, residu yang dihasilkan peranti aerodinamika mempersulit pembalap untuk menyalip karena penurunan performa dalam pengereman saat berada di belakang rival.
Kehadiran aerodinamika sebagai salah satu peranti pembantu selain elektronik juga membuat peran pembalap dinilai berkurang.
Padahal karakter MotoGP adalah sebaliknya di mana pembalap berpengaruh besar terhadap kesuksesan pabrikan dalam kejuaraan.
Marc Marquez adalah salah satu pembalap yang menentangnya. Wajar, kemampuannya dalam membawa kuda besi melaju hingga melewati batas kini tak lagi berdampak besar.
Kritik terhadap pengembangan aerodinamika kembali dikatakan sang Juara Dunia delapan kali tersebut tepat sebelum dimulainya tes pramusim pada pekan ini.
“Ketika saya melihat foto-foto dari tes Shakedown dan beberapa aero, itu terlihat seperti Formula 1,” ucap Marquez pada Senin (5/2/2024) kemarin, dilansir dari Crash.net.
“Bagi saya, saya membenci cara ini tetapi peraturannya memungkinkan mereka (pabrikan) untuk menuju kesana.”
“Setiap kali melihat aerodinamika lebih banyak, saya tidak suka. Namun, kita harus beradaptasi dengannya.”