redaksiharian.com – Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA ternyata mendapatkan informasi dari intelijen militer Belanda soal rencana Ukraina melakukan sabotase dengan meledakkan pipa gas Nord Stream , sekitar tiga bulan sebelum aksi itu dilakukan. CIA sempat memperingatkan Kiev untuk tidak melaksanakan rencana tersebut.
Seperti dilansir AFP, Rabu (14/6/2023), informasi itu diungkapkan oleh televisi terkemuka Belanda, NOS, dalam laporannya pada Selasa (13/6) waktu setempat, yang berkolaborasi dengan televisi Jerman ARD dan media nasional mingguan Jerman Die Zeit.
Laporan NOS menyebut bahwa CIA sempat memperingatkan Ukraina ‘setelah menerima laporan mengkhawatirkan dari Dinas Intelijen Militer Belanda (MIVD) yang mendengar soal rencana tersebut melalui seorang sumber Ukraina’.
Media terkemuka AS, The Washington Post, pekan lalu melaporkan bahwa CIA mendapatkan informasi lebih awal soal rencana Ukraina itu dari badan intelijen Eropa, namun tidak disebutkan lebih lanjut nama negaranya.
Saat dimintai tanggapan soal laporan media itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Belanda Kajsa Ollongren menolak untuk memberikan komentar.
“Saya tidak bisa mengomentari pekerjaan badan intelijen kami,” ucapnya kepada wartawan dalam konferensi pers di Amsterdam, sembari menambahkan bahwa insiden itu masih terus diselidiki oleh Jerman, Swedia dan Denmark.
Saluran pipa gas Nord Stream 1 dan 2 yang dibangun untuk menyalurkan gas alam dari Rusia ke Jerman, diguncang ledakan bawah laut, tepatnya di perairan Laut Baltik, pada 26 September tahun lalu. Belanda menjadi salah satu stakeholder utama di Nord Stream bersama dengan Rusia, Prancis dan Jerman.
Insiden itu membuat pipa gas tersebut tidak berfungsi dan memutus sumber potensial pendapatan miliaran dolar Amerika untuk Rusia. Aksi sabotase tersebut juga memicu situasi darurat di seluruh kawasan karena memutus pasokan energi penting untuk Eropa saat perang terjadi dan membuat harga minyak dunia meroket.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga ‘Kala Rusia Tuding Inggris di Balik Ledakan Gas Pipa Nord Stream di Laut Baltik’:
Tuduhan dilontarkan terhadap beberapa negara, termasuk Rusia, AS dan Ukraina, namun semuanya membantah bertanggung jawab atas ledakan itu. Presiden Volodymyr Zelensky , awal bulan ini, juga membantah keterlibatan Kiev dalam aksi sabotase itu.
Namun laporan NOS menyebut bahwa jenderal top Ukraina Valerii Zaluzhnyi yang bertanggung jawab atas rencana operasi yang melibatkan tim kecil beranggotakan penyelam yang menggunakan kapal layar itu, dan menurut intelijen Belanda, Zelensky sama sekali tidak mengetahui rencana tersebut.
NOS dalam laporannya bersama media-media Jerman menyatakan bahwa pihaknya telah berbicara dengan beberapa sumber intelijen internasional yang mengetahui keterlibatan MIVD.
Sementara laporan The Washington Post, yang didasarkan pada dokumen intelijen yang dibocorkan oleh teknisi komputer pada Garda Nasional AS, menyebutkan bahwa sebuah dinas intelijen Eropa yang tidak disebut negaranya telah memberitahu CIA soal rencana Ukraina itu sejak Juni 2022, atau tiga bulan sebelum ledakan terjadi pada September tahun yang sama.
Para penyelidik Jerman, menurut laporan The Wall Street Journal, tengah menyelidiki bukti-bukti untuk mencari tahu apakah Polandia digunakan sebagai pangkalan untuk operasi sabotase itu.