RedaksiHarian – Sebagai pembalap termuda dan berstatus rookie pada musim depan, sorotan publik pada dua kali juara dunia, Acosta, memang akan lebih banyak.
Pasalnya, Acosta naik kelas ke MotoGP dengan membawa segudang ekspektasi dari banyak orang lantaran penampilan dia yang fantastis.
Anggapan sebagai Marc Marquez versi baru pun sudah melekat di sosok Acosta.
Tetapi, pembalap asal Spanyol tersebut tidak ingin larut dalam harapan besar publik kepadanya.
Acosta merasa masih butuh banyak belajar, apalagi di kelas MotoGP, kelasnya para raja ini membutuhkan tak sekadar penampilan apik di sirkuit.
Kemampuan berkomunikasi kepada media dan membaca situasi persaingan juga sangat krusial.
Pembalap 19 tahun itu kini sedang mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek tersebut.
“Jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan jurnalis, penggemar dan semua orang di luar tim Anda, segalanya akan menjadi lebih mudah.”
“Terkadang kita terlihat dingin, tapi kita semua adalah manusia dan punya hati. Jadi sesekali lebih baik tertawa daripada menganggapnya terlalu serius,” imbuhnya.
Acosta juga belajar dari kru MotoGP lain yang pernah menasehatinya tentang cara menanggapi media yang terkadang sengaja menggiring opini.
“Seorang mekanik Suzuki pernah bilang kepada saya: Anda jangan membiarkan media mengendalikan Anda, Anda yang harus mengendalikannya. Jadi saya selalu berusaha menjawab pertanyaan pers se-transparan mungkin, selalu mengatakan apa yang ada dalam pikiran saya.”
Belum lagi, pasti bakal ada lebih banyak psywar yang ia hadapi di musim depan melawan para senior.
Terkait karakteristik di arena balap, Acosta memilih untuk tidak terlalu jadi pendiam dan bersikap apa adanya.
Hal-hal ini ia pelajari dari sosok ikonik MotoGP, Valentino Rossi.
Selain itu juga membuat MotoGP menjangkau lebih banyak penggemar, karena karakteristik pembalap yang kuat akan jauh lebih dikenang.
“Saya tahu apa artinya menjadi seorang penggemar, karena belum lama ini saya sendiri pun adalah seorang penggemar,” kata Acosta yang debut di ajang Moto3 di usia 16 tahun.
“Kami harus bisa tertawa dan menangis, ini adalah reaksi manusiawi yang ingin dilihat orang.”
“Misalnya, Valentino Rossi, dia adalah orang yang sama persis di depan umum seperti ketika di rumah. Keaslian (watak) seperti itu sangat penting,” kata Acosta lagi.
Memiliki sikap apa adanya akan membantu Acosta memiliki atmosfer kompetisi lebih baik, ditambah membuatnya lebih berani untuk menantikan rivalitas sengit seperti di era MotoGP beberapa tahun lalu.
“Para penggemar ingin lihat pahlawan mereka bersorak, mereka ingin melihat duel. Sekarang para pembalap terlalu damai dan baik,” katanya bercanda.
“Sedangkan orang-orang ingin melihat persaingan, seperti antara Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo, atau Marc Marquez dengan Valentino Rossi.”
“Itulah tepatnya yang harus kami tunjukkan kepada para penggemar. Kebanyakan penonton tidak memiliki kesempatan untuk merasakan pengalaman MotoGP secara langsung di lintasan. Sehingga saya ingin mencoba membawa emosi ini melalui layar dan tetap berhubungan dengan para penggemar,” pungkas Acosta.