redaksiharian.com – Penampilan buruk Fabio Quartararo dalam beberapa seri terakhir membawa kenangan buruk pada musim 2020. Saat itu dia kandidat peraih gelar juara dunia tapi kemudian hanya bertengger di urutan delapan.

Saat itu Quartararo menghadapi dua tekanan sekaligus yaitu motor yang kurang kompetitif dan mental yang belum terlatih. Usai musim 2020 dia melakukan terapi dan akhirnya bisa merebut gelar Juara Dunia 2021.

Adapun saat ini Quartararo mengklaim mentalnya masih kuat. Kesalahan-kesalahan yang membuatnya kehilangan posisi puncak klasemen saat ini lebih karena faktor teknis bukan karena mentalnya terpuruk.

“2020 adalah (karena) secara mental dan teknis, dan sekarang saya tidak merasa secara mental saya terlalu banyak berpikir atau tidak. Jadi secara mental saya tidak merasa ini sekitar tahun 2020,” kata dia mengutip , Senin (17/10/2022).

“Saya hanya mencoba melakukan yang terbaik dan saya terlalu berlebihan dan risiko melakukan kesalahan sangat dekat. Jadi itulah yang terjadi hari ini,” ungkap Quartararo.

Saat ini Francesco Bagnaia memimpin klasemen dengan total 233 poin, selisih 14 poin dari Quartararo yang perolehannya tidak berubah yaitu 219 poin.

Di sisi lain, soal kelemahan motor Yamaha pernah disebutkan oleh Andrea Dovizioso. Sebelum balapan terakhirnya dan pensiun di GP Misano, Dovi pernah menjelaskan bahwa masalah terbesar motor ialah kurang tenaga dan grip belakang.

Saat itu Quartararo tampak tidak setuju karena menurutnya ialah motor cuma kalah top speed. Tapi kini usai GP Australia, dia mengakui bahwa grip belakang juga penting untuk menjaga ritme saat balapan.

“Tentu saja, kami kehilangan tenaga, tetapi juga grip belakang,” kata Quartararo.

“Jadi ini akan menjadi satu hal yang harus kami perbaiki, untuk berbelok lebih kencang dengan kecepatan tikungan yang sedikit berkurang di beberapa jenis tikungan. Itu bagi saya yang paling penting,” kata dia.