redaksiharian.com – NESABAMEDIA.COM – Secara logika, aplikasi yang diblokir pemerintah seharusnya mengalami penurunan jumlah pengguna. Tapi rupanya logika tersebut tidak berlaku pada Telegram.

Dituding sering digunakan sebagai alat komunikasi teroris, Telegram didesak untuk memberikan kunci enkripsi kepada pemerintah Rusia agar mereka bisa mengawasi percakapan di dalam platform tersebut.

Jika ditelusuri ke belakang, desakan tersebut berawal dari kasus pengeboman di St. Petersburg pada tahun 2017 yang kedua pelakunya dituduh menggunakan Telegram untuk merencanakan serangan tersebut.

Sejak saat itulah pemerintah Rusia berusaha mencari cara untuk membobol enkripsi Telegram.

Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, menolak permintaan pemerintah karena tidak ingin melanggar privasi pengguna.

Yang terjadi selanjutnya, pemerintah Rusia memblokir jutaan alamat IP untuk membatasi akses ke Telegram.

Namun, popularitas Telegram di negara tersebut ternyata sama sekali tidak memudar. Bahkan sebaliknya.

Setelah 2 tahun diblokir sejak tahun 2018, jumlah pengguna Telegram di Rusia justru naik dari 10 juta menjadi 30 juta orang. Sedangkan secara global, jumlah penggunanya sudah mencapai 400 juta orang.

Yang menggunakan Telegram pun bukan hanya warga biasa. Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, adalah salah satu pengguna yang tetap setia dengan Telegram.

Beberapa lembaga pemerintah seperti Kementerian Luar Negeri dan departemen kesehatan Moscow selama ini juga tidak sepakat dengan pemblokiran Telegram.

Meskipun mendapatkan dukungan yang luas sehingga pemblokiran Telegram tidak pernah efektif, Pavel Durov tetap ingin aplikasinya bisa digunakan secara leluasa. Oleh karena itulah pihaknya senantiasa mencari cara untuk memenuhi keinginan tersebut.

Awal bulan ini, sepertinya Parel Durov berhasil menemukan solusi yang tepat hingga ia pun meminta pemerintah untuk mencabut pemblokiran Telegram.

Dilansir dari Reuters, akhirnya lembaga telekomunikasi Rusia, Roskomnadzor, membuat keputusan bersama dengan kantor kejaksaan umum untuk mengijinkan Telegram kembali beroperasi di Rusia.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Roskomnadzor, dicabutnya pemblokiran tersebut karena pihak Telegram sudah bersedia memerangi konten yang bermuatan terorisme dan ekstrimisme.

Di samping itu, Telegram juga dianggap sebagai alat komunikasi yang berperan vital dalam menyebarkan informasi terkait dengan virus Corona. [az/tn]

EDITOR: MUCHAMMAD ZAKARIA