redaksiharian.com – Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kemenko Marves, Rachmat Kaimudin bercerita soal sulitnya Jepang, Amerika Serikat dan Ford berinvestasi mobil listrik di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam dalam agenda Global Future Fellows 2022 mengenai Transisi Energi Indonesia di Nusa Dua, Bali.

Mulanya, Rachmat bercerita apa saja yang ditawarkan Indonesia jika negara maju membantu Indonesia bisa menurunkan emisi karbon. Salah satu upayanya adalah melalui renewable dengan mengurangi penggunaan mobil konvensional yang menggunakan BBM fosil.

“Kalau misalnya kalian bantu industri electrical kita. Kita bisa, satu mengurangi emisi dari transportasi, kedua bisa meningkatkan penggunaan (kendaraan) listrik. Sehinga kita bisa bangunn lebih banyak lagi renewable jadi lebih baik kan, jadi double benefit,” katanya dalam diskusi di Nusa Dua, Bali, Selasa (27/9/2022).

Hanya saja, saat ini beberapa negara masih enggan mengirimkan mobil listrik ke Indonesia. Ia mencontohkan Jepang dan Amerika Serikat salah satunya produsen mobil Ford.

“Sampai saat ini yang masuk di Indonesia EV-nya itu baru China dan Korea, sementara ada Jepang dan Amerika Serikat. ‘Hey jepang ko nggak masukin mobil listrikmu ke sini?’ … ‘Wah susah ini itu’,” tutur Rachmat mempraktekan percakapan antara dirinya dengan pihak Jepang.

Menurut Rachmat, Jepang hanya mau mengirimkan mobil berbahan bakar fosil mereka yang sudah tua ke Indonesia. Ibaratnya sisa barang yang sudah lama dikirim ke Indonesia.

“Mereka mau memanfaatkan teknologi combustion engine (mobil bahan bakar bensin) yang suda tua, sementara mereka yang bagus bagus, yang kotor kotor kasih ke Indonesia saja,” lanjutnya.

Ia juga bercerita, bahwa produsen mobil listrik Ford juga masih enggan investasi mobil listrik di Indonesia. “Kemarin kita habis ke Detroit, tolong dong kan kalian membutuhkan batre, kita kasih mobil, ‘wah pak kita – nggak bisa mobil kita gede-gede. Padahalkan bisa dibuatkan yang kecil,” katanya sambil tertawa.

Intinya saat ini, Rachmat mengatakan dirinya ingin komitmen yang jelas dari negara maju jika ingin Indonesia menurunkan emisi karbon. Gampangnya, emisi karbon memang perlu adanya kolaborasi atau kerja sama dari semua negara.