RedaksiHarian – Terakhir kali Yamaha menjalani musim MotoGP tanpa bisa memenangi satu seri balapan pun adalah pada 2003 silam.
Setelah menjalani bertahun-tahun musim kebangkitan, siapa sangka, pabrikan berlogo garpu tala itu juga akan kembali mengalami mimpi buruk.
MotoGP 2023 menjadi deja vu yang tak diinginkan bagi semua kru Yamaha, di mana tim itu sama sekali tidak berhasil memenangi gelar juara satu seri pun dari 21 gelaran balapan race yang bergulir.
Hasil terbaik mereka adalah meraih tiga kali podium tiga yang semuanya direngkuh oleh Fabio Quartararo.
Masing-masing didapatkan pada seri MotoGP Americas, India dan Indonesia.
Selebihnya, Quartararo sangat sulit untuk bersaing di barisan depan.
Apalagi Franco Morbidelli, yang malah lebih terseok-seok dan sering tertinggal di rombongan belakang.
Tak heran jika Quartarao sempat mengaku bahwa musim 2023 adalah musim yang sangat berat dan sempat membuatnya frustrasi.
Terkait hal tersebut, Manajer Tim Yamaha, Massimo Meregalli sangat memahami bagaimana kecewa dan kesalnya Quartararo ketika memiliki talenta namun tak dapat tersalurkan akibat performa motor M1 yang tidak bisa diandalkan bersaing dengan Ducati, KTM atau bahkan Aprilia.
Dari yang awalnya menjadi pesaing untuk perebutan gelar juara dunia, Quartararo kini butuh usaha tinggi bila ingin finis untuk sekadar di lima besar.
Meregalli sendiri pun tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya sendiri, saat melihat tim yang dipimpinnya perlahan menurun.
“Saya tidak bisa menyembunyikan kekecewaan kami,” kata Meregalli.
“Kami memulai musim dengan tujuan berbeda. Sayangnya, kami menyadari sejak awal bahwa kami memang tidak bisa sekompetitif yang lain.”
“Sebelumnya kami terbiasa bertarung demi podium dan gelar. Jadi sulit bagi kami dan para pembalap kami untuk mencerna situasi ini,” ujarnya.
Satu masalah yang tak kalah hebat mendera Yamaha adalah time attack mereka selalu meleset.
“Yang kami lewatkan dan masih terus kami lewatkan adalah time attack. Ini adalah masalah besar,” ujar Meregalli.
“Karena jika Anda punya kecepatan yang baik dan mencoba mulai dari awal lagi, itu akan sangat sulit untuk memulihkan posisinya,” tandasnya.
Selain memahami kekecewaan Quartararo, Meregalli juga menyesali perpisahan dengan Morbidelli harus terjadi dengan cara tak enak.
Morbidelli juga tidak pernah berhasil meraih podium, membuat catatan runner-up MotoGP 2020 itu di musim 2023 bersama Yamaha semakin jeblok.
“Kami tidak pernah berhasil naik podium bersamanya,” kata Meregalli.
“Sayangnya, hasil negatifnya lebih sering terjadi. Sayang sekali, kami harus kalah bersama.”
“Sekarang, saatnya bagi kami masing-masing memulai babak baru,” ujar Meregalli.
Morbidelli sendiri resmi berpisah dengan Yamaha pada akhir 2023.
Pada MotoGP 2024, murid Valentino Rossi itu akan bergabung ke tim satelit Ducati, Prima Pramac sekaligus jadi rekan baru Jorge Martin.