Taiwan mensimulasikan usaha menangkal serangan China dari laut dalam latihan perang tahunan, Selasa (26/7). Presiden Tsai Ing-wen memuji “tekad” militernya saat menyaksikan latihan itu di atas sebuah kapal perusak.
Taiwan yang demokratis hidup di bawah ancaman terus-menerus serangan China, yang memandang pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya dan akan direbut secara paksa jika perlu.
Pada hari kedua latihan perang tahunan terbesar di pulau itu, Tsai, yang mengenakan seragam militer, naik ke kapal perusak kelas Kee Lung untuk mengawasi latihan dengan amunisi sungguhan di lepas pantai timur Taiwan.
Jet-jet tempur dan kapal-kapal perang menembakkan berbagai jenis rudal untuk mencegat “sekelompok kapal musuh”, kata militer.
Roket-roket anti-kapal selam dan bom juga ditembakkan sementara kapal selam kelas Pedang Naga buatan Belanda berlatih melakukan manuver darurat, tambahnya.
“Latihan yang akurat dan solid yang dilakukan menunjukkan kemampuan dan tekad militer kami untuk melindungi wilayah kami dan membela negara kami,” kata Tsai dalam pesannya.
Kehebohan di Beijing meningkat pesat sejak Tsai menjabat pada 2016, terutama setelah ia menolak pernyataan bahwa pulau itu adalah bagian dari China.
Ketika diminta untuk mengomentari latihan hari Selasa, Kementerian Luar Negeri China memperingatkan bahwa “jalan menuju kemerdekaan adalah jalan buntu”.
“Upaya tidak berdasar Taiwan untuk menghadapi China daratan secara militer seperti belalang yang mencoba menghalangi kereta. Pada akhirnya akan gagal,” kata juru bicaranya, Zhao Lijian.
Latihan perang “Han Kuang” selama lima hari tahun ini menyimak pelajaran dari invasi Rusia ke Ukraina, yang telah meningkatkan kekhawatiran akan serangan China terhadap pulau itu.
Kepala CIA Bill Burns mengatakan pekan lalu Beijing tampaknya bertekad untuk menggunakan kekerasan di Taiwan, dengan pengalaman Rusia di Ukraina mempengaruhi perhitungannya tentang kapan dan bagaimana — bukan apakah — akan menyerang.
Selat Taiwan, jalur perairan sempit yang memisahkan pulau itu dari China daratan, sering menjadi pusat pertikaian antara kedua pihak. Beijing bersikeras mengatakan bahwa selat itu bukan perairan internasional.
Pekan lalu China mengecam Washington sebagai “perusak perdamaian” di selat itu, menyusul rangkaian perjalanan kapal perang AS melalui jalur perairan tersebut. [ab/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.