Menteri Luar Negeri Taiwan mengatakan, Selasa (9/8), China menggunakan latihan militer untuk persiapan kemungkinan melakukan invasi ke Taiwan, sementara Taiwan memulai latihan militer untuk menunjukkan kesiapan menggagalkan kemungkinan terjadinya serangan.

Joseph Wu mengatakan Beijing berambisi membangun dominasinya di Pasifik Barat dan mencaplok Taiwan, yang diklaimnya sebagai wilayahnya sendiri. Itu akan mencakup kontrol atas Laut China Timur dan Laut China Selatan melalui Selat Taiwan serta mencegah AS dan sekutunya membantu Taiwan, katanya pada konferensi pers di Taipei.

China mengatakan latihan militernya digelar sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu pekan lalu, tetapi Wu mengatakan China memanfaatkan lawatan itu sebagai dalih untuk mengintimidasi lebih jauh.

Jet tempur Angkatan Udara Taiwan di landasan pacu di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan, Jumat, 5 Agustus 2022. (Foto: AP)

Jet tempur Angkatan Udara Taiwan di landasan pacu di pangkalan udara di Hsinchu, Taiwan, Jumat, 5 Agustus 2022. (Foto: AP)

China juga melarang beberapa impor makanan dari Taiwan setelah kunjungan tersebut dan memutus dialog dengan AS mengenai berbagai masalah mulai dari kontak militer hingga memerangi kejahatan transnasional dan perubahan iklim.

AS tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan untuk menghormati Beijing, tetapi terikat secara hukum untuk memastikan pulau itu dapat mempertahankan diri dan memperlakukan semua ancaman terhadap Taiwan — termasuk blokade — sebagai masalah yang sangat memprihatinkan AS.

Kebijakan AS ini menimbulkan pertanyaan apakah Washington akan mengirim pasukan jika China menyerang Taiwan. Presiden Joe Biden berulang kali pernah mengatakan bahwa AS terikat untuk melakukannya, namun pernyataannya itu kemudian dikoreksi para stafnya.

Latihan tersebut menunjukkan “ambisi geostrategis China di luar Taiwan,” kata Wu.

“China tidak berhak untuk mencampuri atau mengubah” proses demokrasi rakyat Taiwan atau interaksi dengan negara-negara lain, katanya, seraya menambahkan bahwa Taiwan dan China daratan adalah dua yurisdiksi yang terpisah dan “tidak tunduk terhadap satu sama lain.”

Sejak Kamis, China mengirim kapal-kapal dan pesawat-pesawat militer melintasi garis tengah di Selat Taiwan dan meluncurkan misil ke perairan yang mengelilingi pulau itu. Mengabaikan seruan untuk meredakan ketegangan, Beijing malah memperpanjang latihan militer tanpa mengumumkan kapan akan berakhir.

Latihan tersebut telah mengganggu penerbangan dan pelayaran di salah satu zona tersibuk untuk perdagangan global. Taiwan telah menempatkan pasukannya dalam status siaga, tetapi sejauh ini menahan diri untuk tidak mengambil tindakan balasan aktif.

Pada hari Selasa, militer Taiwan melangsungkan latihan tembak menembak dengan peluru sungguhan di Kabupaten Pingtung. Militer akan terus berlatih dan mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi ancaman dari China, kata Mayor Jenderal Lou Woei-jye, juru bicara Komando Angkatan Darat ke-8 Taiwan. “Apa pun situasinya … ini adalah cara terbaik untuk membela negara kita.” [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.