redaksiharian.com – Susi Pudjiastuti baru-baru ini menyuarakan keprihatinan pada dunia kelautan Indonesia yang masih membiarkan bibit lobster dan ikan sidat diekspor bebas. Padahal, masyarakat Eropa sedang melakukan berbagai riset agar mengurangi cara penangkapan ikan yang seperti itu.

Susi Pudjiastuti mengaku prihatin pada kelautan Indonesia berkat video Komisi Perikanan Umum untuk Mediterania (GFCM) yang memperlihatkan upaya sekelompok peneliti yang ingin mengurangi terbawanya bibit-bibit dalam hasil penangkapan ikan di lautan wilayah itu.

“Eropa mencari cara yg terbaik dengan riset & percobaan supaya juvenile atau bibit tidak tertangkap pada saat penangkapan ikan di laut,” ujar Susi Pudjiastuti membeberkan perasaan terkait video penelitian GFCM dalam akun Twitter pribadinya, dikutip Pikiran-Rakyat.com pada Jumat, 9 Juni 2023.

“Di negeri kita, (aktivitas kelautan) yang ditangkapi juvenile lobster dan ikan sidat/glass eel, lalu diekspor (ke luar negeri),” ujarnya.

Susi Pudjiastuti mengaku prihatin terhadap dunia kelautan Indonesia bukan tanpa sebab, tetapi karena dia sempat begitu mencegah peredaran aksi-aksi ilegal saat masih menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019.

Susi bahkan terus menggulirkan imbauan agar masyarakat aktif melindungi bibit lobster dan ikan sidat yang terancam kepunahan.

Susi saat itu menyebutkan bahwa baby sidat sudah tergolong sebagai hewan langka yang harus dilindungi di alamnya.

Akan tetapi yang terjadi, baby sidat dijual dengan begitu murah di pasaran, yakni 1 kilogram hanya berharga Rp5 juta, sedangkan itu bisa berisi 100-500 ribu ekor baby sidat.

Hal ini juga berlaku untuk bibit lobster yang memiliki penjualan begitu murah namun semakin menipisnya keberlanjutan stok di alam.

Adapun video GFCM yang dinaungi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB membeberkan klaim bahwa uji coba kelautan yang bertujuan untuk mengurangi potensi benih-benih terbawa dalam aktivitas penangkapan.

Uji coba GFCM itu dilakukan di perairan dekat dengan Mazara del Vallo, Italia dengan menggunakan tiga jaring berbeda, yang diharapkan dapat memisahkan ikan-ikan dewasa boleh ditangkap dan tidak boleh.

Mereka bahkan mengerahkan tiga kapal nelayan untuk mendukung kelancaran uji coba GFCM itu.

“Dengan uji coba GFCM, kita ingin menemukan keseimbangan di antara keberlanjutan lautan yang menjadi mata pencaharian nelayan dan berusaha melestarikan ekosistem lautan,” ujar Paolo Carpentieri selaku pejabat pemantau penelitian GFCM.

Nantinya, uji coba GFCM akan berlanjut ke perairan dekat Selat Sisilia dan berbagai wilayah Mediterania lainnya.***