redaksiharian.com – – Latar belakang militer dan kepala daerah menjadi favorit bagi kalangan pemilih perempuan untuk dijadikan sebagai calon presiden ( capres ) pilihan mereka.

Hasil survei Litbang Kompas pada 29 April-10 Mei 2023 menunjukkan, ada 20,9 persen responden pemilih perempuan yang menginginkan capres berlatar belakang militer.

“Sebanyak 20,9 persen pemilih perempuan kini mengidolakan tokoh dari militer untuk menjadi capres. Angka tersebut meningkat 3,3 persen dibanding survei empat bulan sebelumnya,” tulis Litbang Kompas, dikutip dari Harian Kompas edisi Kamis (25/5/2023).

Kriteria latar belakang capres dari militer ini menggeser kriteria utama yang diungkap pemilih perempuan pada survei bulan Januari 2023, yaitu kepala daerah (gubernur/wali kota/bupati).

“Pada survei Mei 2023, capres berlatar belakang kepala daerah berada di urutan kedua dan mendapat suara 20,1 persen, turun dari 22,4 persen,” tulis Litbang Kompas.

Latar belakang lain yang menjadi pertimbangan perempuan adalah tokoh agama 12,8 persen, tokoh masyarakat 7 persen, pengusaha 5,1 persen, akademisi 3 persen, birokrat 2,7 persen, dan pimpinan partai politik 2 persen.

Sementara itu, 2 persen responden menilai semua elemen layak jadi capres asalkan mengayomi masyarakat. Lalu, 4,3 persen responden memilih latar belakang lainnya dan 20,1 persen responden menjawab tidak tahu.

Survei ini juga menunjukkan bahwa 27,5 persen pemilih perempuan menilai, sikap tegas dan berwibawa seseorang merupakan faktor yang peling mempengaruhi pilihan capres.

“Pengakuan tersebut selaras dengan latar belakang capres yang paling diinginkan berasal dari kalangan militer (TNI/Polri) sebagai representasi sikap tegas dan berwibawa,” tulis Litbang Kompas.

Kriteria lain yang dipertimbangkan adalah pribadi sederhana dan merakyat 23,4 persen; berpengalaman dan berprestasi 21,9 persen; jujur dan adil 5,6 persen; berkinerja bagus 3,5 persen; berpendidikan tinggi 1,4 persen; lainnya 12,1 persen. Sedangkan 4,6 persen menjawab tidak tahu.

Survei Litbang Kompas ini dilakukan secara tatap muka pada 29 April-10 Mei 2023.

Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi Indonesia.

Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error lebih kurang 2,83 persen.