Sembilan ratus, itulah jumlah porsi makanan yang disiapkan para sukarelawan Kyiv setiap hari bagi warga desa Borodyanka yang terletak di luar ibu kota Ukraina.
Daria Sayed memutuskan untuk ikut membantu setelah ia mengunjungi desa tersebut yang telah ditinggalkan tentara pendudukan Rusia.
Pada waktu itu, warga desa tersebut mengalami kelaparan, dan Daria beserta teman-temannya tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membantu warga desa tersebut.
Daria mengatakan, “Ketika kami pertama kali membuka kantin makanan, banyak orang yang menangis. Mereka menerima makanan hangat untuk pertama kalinya. Mereka berlinang air mata.”
Walau desa tersebut telah bebas dari pendudukan Rusia sejak awal April lalu, kebanyakan warga masih makan di kantin tersebut. Mereka tidak dapat memasak di rumah mereka yang rusak parah.
“Sekolah ini merupakan bangunan satu-satunya yang masih utuh di desa Borodyanka. Ketika kami datang kesini, kawasan ini benar-benar hancur karena pejuang Kadyrov memiliki basis di sini selama pendudukan tersebut,” imbuhnya.
Nataliya Chernenko, mantan kepala sekolah, juga ikut makan di kantin tersebut. Selama pendudukan pasukan Rusia, ia berhasil melarikan diri ke Republik Ceko. Namun sesaat setelah desa tersebut dibebaskan, ia kembali ke desanya.
Nataliya mengatakan, “Saya merasa sangat terkejut. Meskipun telah dibersihkan, bau terbakar tetap tercium. Semuanya hancur.”
Serangan udara Rusia menghancurkan hampir semua bangunan tinggi di desa tersebut. Mobil-mobil yang terbakar masih terparkir di jalan-jalan. Para sukarelawan mengatakan, penduduk desa, khususnya anak-anak, masih dalam upaya pemulihan dari perasaan syok. Jadi para sukarelawan menyiapkan sebuah kamp anak di mana para terapis seni dan psikolog profesional bekerja sama untuk menolong anak-anak tersebut.
Anastasia Karpeeva, salah seorang sukarelawan mengatakan, “Kami melihat orang-orang dewasa disibukkan oleh masalah sehari-hari sehingga sedikit melupakan anak-anak mereka. Jadi kami tidak berusaha berlaku seperti guru bagi mereka, namun bersikap sebagai teman.”
Untuk memastikan dapur umum dan kamp anak-anak tetap beroperasi, Sayed dan timnya menginvestasikan lebih dari 3.500 dolar setiap bulan bagi proyek tersebut. Pendanaan itu juga berasal dari sumbangan amal. Sebuah kelompok membantu menciptakan platform penggalangan dana untuk mempermudah pemberian sumbangan amal tersebut.
Daria menambahkan, “Kami bekerjasama dengan sebuah perusahaan konsultan IT Amerika. Mereka tampak senang mendengarkan ide-ide kami.”
Pendanaan itu menyediakan satu-satunya makanan yang dapat diperoleh warga Borodyanka yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal saat perang ini. [lj/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.