redaksiharian.com – Hubungan Sony dan Microsoft memanas akibat game Call of Duty. Kepala game Sony Group Corp, Jim Ryan mengatakan tawaran pembuat Xbox mengizinkan seri game tersebut tersedia untuk pengguna PlayStation dalam waktu terbatas “tidak memadai”.

Microsoft mengakuisisi perusahaan developer game Call of Duty, Activision Blizzard Inc. senilai US$69 miliar pada Januari lalu. Perusahaan hanya menjanjikan mempertahankan game itu di PlayStation untuk dalam tiga tahun.

“Usulan mereka tidak memadai pada banyak tingkatan dan gagal memperhitungkan dampaknya pada gamer kami,” ungkap Ryan dikutip dari Reuters, Kamis (8/9/2022).

Masalah ini terjadi saat keduanya berusaha melebarkan sayap ke gim online, sebab kemajuan teknologi mengancam posisi dominan para operator platform.

Akuisisi Activision Blizzard bisa merusak industri apabila Microsoft menolak memberikan akses pada pesaing mereka, ungkap regulator anti monopoli Inggris. Aksi tersebut dikatakan bisa membahayakan persaingan konsol game, layanan berlangganan dan game cloud dan perlu diselidiki secara mendalam.

Menurut Competition and Markets Authority (CMA) mengatakan kesepakatan itu adalah yang terbesar dalam industri gaming. “Kami khawatir Microsoft bisa menggunakan kontrolnya atas game populer seperti Call of Duty dan World of Warcraft pasca-merger untuk merugikan saingan, termasuk pesaing baru dan yang akan datang dalam layanan berlangganan multi game dan cloud gaming,” kata CMA.

Menurut CMA, Microsoft telah memiliki entri terbatas dari pasar pesaingnya. Sementara itu sebelumnya Presiden dan Wakil Ketua Microsoft, Brad Smith mengatakan perusahaan ingin orang punya lebih banyak akses kepada games.

“Kami ingin orang punya lebih banyak akses ke game bukan lebih sedikit,” ungkap Smith. “Sony sebagai pemimpin industri mengatakan khawatir mengenai Call of Duty namun kami telah mengatakan bahwa kami berkomitmen untuk membuat game yang sama tersedia pada hari yang sama di Xbox dan Playstation.”