redaksiharian.com – Mulai Sabtu (1/4/2023), Nepal tidak lagi mengizinkan trekking solo atau trekking tanpa pemandu tidak lagi diizinkan di taman nasional dan kawasan konservasi.
Dewan Pariwisata Nepal, badan yang bertanggung jawab untuk mempromosikan pariwisata negara tersebut, mengumumkan keputusan ini pada 3 Maret lalu.
Beberapa alasan di balik aturan ini, ditujukan agar pendakian di Nepal menjadi lebih aman, sekaligus menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
“Dua tujuan utama di balik larangan adalah untuk membuat perjalanan di Nepal lebih aman dan untuk menciptakan lebih banyak kesempatan kerja,” kata Direktur Dewan Mani R Lamichhane, dikutip dari Lonely Planet, Rabu (15/3/2023).
Masalah keamanan
Menurut data yang disediakan dewan, pada tahun 2019–2020, 390 wisatawan dilaporkan hilang atau hilang. Pada tahun berikutnya, jumlahnya menjadi 54 orang.
“Di kedua tahun tersebut, mayoritas wisatawan yang dilaporkan hilang adalah mereka yang melakukan trekking tanpa pemandu, pada dasarnya solo dan ‘free independent travelers’ [FIT],” tambah Lamichhane.
Bahkan, kata dia, data dari tahun-tahun sebelum 2019–2020 juga menunjukkan tren yang sama.
Organisasi Asosiasi Badan Pendakian Nepal telah mendorong pelarangan pendakian solo sejak awal 2009, kata presiden organisasi yang bernama Nilhari Bastola.
“Setiap tahun kami melihat dua hingga empat kasus trekker solo terlibat dalam insiden mematikan,” kata Bastola.
Pentingnya menggunakan pemandu berlisensi
Pemandu berlisensi, kata Bastola, sangat memahami topografi jalur pendakian dan kemungkinan faktor risiko di berbagai rute.
“Data kami menunjukkan bahwa memiliki pemandu trekking yang terlatih sangat membantu dalam memastikan bahwa para pendaki tetap aman dan menghindari kemungkinan bahaya,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, banyak jalur trekking populer Nepal yang berada di tujuan terpencil, sehingga jarang pemukiman dan konektivitas seluler tidak dapat diandalkan.
Selain itu, pada jalur pegunungan terpencil di Nepal, perubahan cuaca yang tiba-tiba dan bencana alam seperti tanah longsor sering terjadi.
Hal ini menimbulkan risiko besar bagi pendaki solo yang tidak terbiasa dengan kondisi kawasan tersebut.
“Ketika trekker hilang di jalur terpencil, menjadi sangat menantang bagi pihak berwenang untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan,” kata Lamichhane.
Memperluas lapangan kerja
Lamichhane menyampaikan bahwa aturan baru ini diyakini bisa membantu mengurangi angka insiden yang terjadi saat pendakian.
“Kami yakin aturan baru ini akan membantu menurunkan jumlah insiden yang tidak menguntungkan tersebut,” kata Lamichhane.
Selain itu, ia menambahkan, aturan pendakian harus memakai pemandu bisa menambah warga Nepal utnuk memperoleh pekerjaan.
Adapun dari 171.000 trekker yang dilihat Nepal pada tahun 2019–2020, sekitar 46.000 adalah trekker solo.
“Bayangkan jumlah orang Nepal yang akan mendapatkan pekerjaan seandainya trekker wajib menyewa pemandu,” kata Lamichhane.
“Dengan menyewa pemandu berlisensi, trekker juga akan menciptakan lebih banyak peluang kerja di Nepal dan dengan demikian melakukan bagian mereka sebagai pelancong yang bertanggung jawab,” imbuhnya.
Kurangnya pekerjaan untuk pemandu trekking juga dikatakan telah menjadi masalah di sektor pariwisata Nepal selama bertahun-tahun.
Setiap tahun, lusinan orang Nepal lulus dengan lisensi pemandu trekking, namun banyak dari mereka tidak bekerja, kata direktur pengelola Himalayan Wander Walkers, perusahaan ekspedisi trekking yang berbasis di Kathmandu, Dawa Tseten Gurung.
“Keputusan baru akan membawa lebih banyak pekerjaan hanya jika otoritas terkait menerapkan mekanisme yang kuat untuk memastikan bahwa aturan baru diterapkan,” ujar Gurung.
Bagaimana cara menyewa pemandu di Nepal?
Dewan Pariwisata Nepal telah menyampaikan bahwa trekker solo dan FIT harus menyewa pemandu melalui agen trekking resmi pemerintah. Trekker bebas memilih ekspedisi trekking pilihan mereka.
Dilansir dari Nepal Tourism Board, meski trekker adalah seseorang yang berpengalaman dan termasuk dalam asosiasi trekking/pendaki gunung di negara asalnya, aturan berpemandu ini berlaku untuk semua trekker berkebangsaan asing.
Karena ada banyak perusahaan trekking tidak sah yang beroperasi, Lamichhane menyarankan pengunjung untuk mengecek secara teliti, dan memastikan pihak pemandu yang dipilih memiliki lisensi untuk beroperasi secara legal di Nepal.
Badan Pariwisata Nepal juga sedang mengerjakan database yang akan memiliki daftar semua perusahaan trekking terdaftar di negara tersebut.
“Untuk menemani Anda dalam perjalanan, Anda biasanya diminta untuk membayar minimal sekitar $17 (sekitar Rp 261.000) per pemandu per hari,” kata Lamichhane.
Harga perjalanan tersebut, kata dia, berdasarkan pengalaman pemandu dan tingkat kesulitan rute trekking.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.