redaksiharian.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Angkatan Darat Amerika Serikat memamerkan “senapan pembunuh drone” dalam latihan militer di Kroasia. Perangkat canggih tersebut diberi nama Dronebuster 3B.
Dronebuster 3B adalah perangkat buatan Flex Force. Bentuknya menyerupai senapan panjang dengan laras yang gemuk dengan warna pucat.
Dalam deskripsi di situs web Flex Force, perusahaan tersebut mendeskripsikan Dronebuster 3B sebagai perangkat untuk mengganggu sistem pengendali drone dengan membanjiri frekuensi di sekitarnya.
“Ini membuat drone berhenti bergerak, atau kembali ke operator, tergantung kepada model drone. Operator drone hilang kendali karena sambungan mereka ke drone kebanjiran energi frekuensi radio [RF],” papar keterangan di website Flex Force.
Singkatnya, senapan Dronebuster 3B bisa membuat drone lumpuh dengan memanfaatkan kanal frekuensi radio. Selain itu, Dronebuster digunakan untuk membanjiri frekuensi sistem navigasi global berbasis satelit seperti GPS.
Tentara AS tampak menggunakan Dronebuster 3B untuk berlatih melumpuhkan drone dalam latihan tempur yang dinamakan Exercise Shield. Drone berbaling empat yang dikenal sebagai quadcopter diluncurkan sebagai sasaran “tembak.”
Perangkat Dronebuster 3B yang digunakan para tentara dilengkapi dengan teropong seperti halnya senapan laras panjang. Mereka kemudian menembakkan energi RF ke arah drone untuk melumpuhkannya.
Exercise Shield adalah latihan perang tahunan unit pertahanan udara di Kroasia dengan tujuan bertahan dari serangan dari ketinggian medium dan rendah. Militer AS, Kroasia, Polandia, dan Slovenia ikut serta dalam latihan militer gabungan ini.
Drone kini makin banyak digunakan dalam medan peperangan, terutama di ajang perang Rusia-Ukraina. Ukraina mengaku telah menyaksikan penggunaan drone perang sejak konflik di Donbas pada 2014. Quadcompter bahkan digunakna untuk menjatuhkan bom ke dalam parit pertahanan musuh.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, skala penggunaan drone memuncak. Menurut institusi riset Inggris puluhan ribu drone komersial hancur setiap bulan di Ukraina. Bahkan kini, keberhasilan melumpuhkan drone bisa menjadi penentu hidup atau mati.