redaksiharian.com – NESABAMEDIA.COM – Zoom pernah menolak melindungi pengguna gratisan dengan enkripsi end-to-end. Setelah dihujani dengan kritikan dan hujatan, akhirnya Zoom mengalah.
Eric Yuan, yang merupakan CEO Zoom, pernah menyatakan bahwa Zoom memang sengaja tidak menerapkan enkripsi end-to-end pada pengguna gratisan.
Alasan yang dikemukakan, yaitu supaya Zoom bisa melacak pengguna bersama dengan aparat berwenang ketika ada pengguna yang memakai Zoom untuk melakukan aktivitas ilegal.
Sontak, banyak pihak yang geram karena kebijakan Zoom tersebut melanggar privasi dan membahayakan keamanan pengguna.
Selain menerima berbagai komentar negatif dari para pengguna dan peneliti keamanan, Zoom juga harus menghadapi tekanan dari Jaksa Agung New York dan FBI.
Dalam sebuah surat yang ditujukan untuk perusahaan Zoom, seperti yang dilansir dari CNN, Jaksa Agung New York menanyakan perihal langkah-langkah yang sudah diambil oleh Zoom untuk melindungi privasi dan keamanan para penggunanya.
Pemberitaan negatif yang gencar terhadap Zoom juga sempat membuat nilai sahamnya menurun.
Digempur dari berbagai pihak, akhirnya Eric Yuan berjanji bahwa Zoom akan menyediakan fitur enkripsi end-to-end untuk seluruh pengguna tanpa terkecuali, tak lagi hanya untuk pengguna yang membayar.
Versi beta dari fitur enkripsi tersebut telah dijadwalkan untuk dirilis bulan depan.
Akan tetapi, fitur enkripsi tidak akan diaktifkan secara default oleh Zoom. Pengguna harus mengaktifkannya sendiri melalui opsi yang disediakan.
Pasalnya, enkripsi end-to-end akan membuat sejumlah opsi tidak lagi bisa digunakan. Salah satunya adalah opsi untuk terkoneksi dengan Zoom call melalui sambungan telepon.
Ketentuan lain yang harus diikuti, pengguna akan diminta untuk memberikan informasi tambahan saat membuat akun Zoom, yaitu berupa nomor telepon yang nantinya akan diverifikasi melalui pesan teks.
Ketentuan yang demikian dibuat untuk mencegah pembuatan akun Zoom secara massal yang ditujukan untuk aktivitas ilegal.
Setelah fitur enkripsi end-to-end disediakan, kedepannya diharapkan tidak ada lagi yang namanya Zoombombing.
Zoombombing terjadi ketika seseorang menyusup ke dalam sebuah panggilan Zoom, lalu mengganggu jalannya pertemuan dengan berbagai cara, termasuk menayangkan gambar-gambar porno dan megucapkan kata-kata makian. [az/tn]
EDITOR: MUCHAMMAD ZAKARIA