RedaksiHarian – Setelah meresmikan proses naturalisasi masing-masing, empat pemain keturunan berpeluang mendapatkan debut di timnas Indonesia dari pelatih Shin Tae-yong.
Mereka ialah Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, dan Ragnar Oratmangoen.
Kuartet tersebut masuk kontingen berisi 26 pemain yang disiapkan buat menghadapi Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Secara beruntun Indonesia akan melakoni partai kandang (21/3/2024) dan tandang (26/3/2024) melawan The Golden Stars.
Perjumpaan kali ini sudah ramai dibumbui kritik dari kubu Vietnam yang menyindir banyaknya pemain naturalisasi di tubuh Skuad Garuda.
Padahal, program suatu negara untuk merekrut pemain keturunan guna memperkuat tim nasional mereka adalah hal wajar.
Salah satu contoh sukses dari belahan dunia lain diperlihatkan timnas Maroko.
Bermodalkan kekuatan sejumlah pemain keturunan ataupun generasi imigran yang lahir di negara lain, Tim Singa Atlas berhasil mengukir sejarah lolos ke semifinal Piala Dunia 2022.
Materi pemain naturalisasi Maroko saat ini juga bertambah dengan kehadiran Brahim Diaz.
Playmaker muda Real Madrid memutuskan berganti haluan membela Maroko.
Sebelumnya, dia merajut karier dengan timnas junior Spanyol pada berbagai jenjang usia, bahkan sampai memiliki satu cap di level senior.
Diaz lahir di Malaga, Spanyol, dari ibu yang berasal dari sana.
Ayahnya, Soufiane Abdelkader Mohand, merupakan pendatang dari Farkhana, bagian wilayah Maroko.
Pada 10 Maret lalu, Diaz melaporkan kepada Federasi Sepak Bola Maroko tentang kesediaannya bergabung dengan Tim Singa Atlas setelah ‘diperebutkan’ kedua negara.
“Saya telah memutuskan untuk waktu yang lama. Saya memiliki asal dari Maroko dan mereka menunjukkan cinta kepada saya,” kata pemain yang sempat dipinjamkan ke AC Milan.
Pemuda 24 tahun itu pun berpeluang melakoni debut untuk negara asal ayahnya dalam momen uji coba melawan Angola (22/3/2024) dan Mauritania (26/3/2024).
Bukan cuma Diaz yang menanti penampilan perdana bersama tim asuhan Walid Regragui.
Dalam skuad mereka sekarang terdapat pemain keturunan atau generasi imigran lain yang menunggu aksi perdananya untuk timnas Maroko.
Mereka ialah Youssef “Yusi” Lekhedim (Real Madrid U-19), Ilias Akhomach (Villarreal), dan Eliesse Ben Seghir (Monaco).
Seperti halnya Diaz, Yusi memiliki darah campuran Spanyol-Maroko dari orang tuanya.
Wonderkid berusia 18 tahun itu lahir di Madrid dan sempat pula membela timnas junior Spanyol.
Akhomach (19 tahun) mempunyai garis keturunan Maroko dan lahir di Els Hostales de Pierola, sebuah wilayah kecil di Catalunya.
Adapun Ben Seghir (19) lahir di Saint-Tropez, Prancis, dari ayah dan ibu yang berasal dari Maroko.
Kehadiran mereka melengkapi sejumlah pilar lawas Tim Singa Atlas yang merupakan pemain keturunan ataupun anak dari imigran yang lahir di luar Maroko.
Sebut saja Achraf Hakimi (lahir di Spanyol), Yassine Bounou (Kanada), Sofyan Amrabat (Belanda), atau Hakim Ziyech (Belanda).
Total dari 24 pemain yang dibawa Regragui sekarang, hanya 10 orang di antaranya lahir di Maroko.
Selebihnya merupakan bagian generasi diaspora ataupun target naturalisasi.
Layaknya Shin Tae-yong, Regragui sudah lazim menghadapi polemik seputar pemanggilan pemain naturalisasi di timnya.
Menurutnya, para pemain diaspora yang telah merasakan persaingan di negara dengan kompetisi yang bagus akan memberikan dampak positif pula bagi timnas.
Dengan pengalamannya, mereka dapat mentrasfer ilmu ke dalam skuad serta memperkaya referensi pelatih sehingga semua anggota tim beradaptasi dengan pola yang dikembangkan sendiri dari kepingan-kepingan pengetahuan tersebut.
“Bahwa Aymeric Laporte memutuskan bermain dengan Spanyol bukan berarti kegagalan di pihak Prancis.”
“Mungkin dia lebih merasa sebagai orang Spanyol karena mengembangkan karier profesionalnya di sana,” tutur pria yang lahir serta berkarier di Prancis pada sebagian kariernya saat jadi pemain.