RedaksiHarian – Semua itu bermuara pada fakta bahwa akan ada 19 pembalap yang kontraknya habis di musim ini.
Kemudian ada pula tiga tim satelit yang masa kesepakatannya dengan pabrikan masing-masing juga habis di musim ini.
Mereka adalah Pramac, LCR dan VR46 Racing Team.
Di antara ketiga tim satelit itu, nama tim balap Valentino Rossi yang paling santer dikaitkan dengan pabrikan berlogo garpu tala ini.
Kedekatan Rossi dengan Yamaha sudah tidak diragukan.
Walau sekarang status VR46 Racing Team masih di bawah payung Ducati, tetapi Rossi masih menjadi Brand Ambassador Yamaha.
Di lain sisi, seperti pertaruhan besar apabila VR46 pergi dari skuad Si Merah Borgo Panigale yang menawarkan perangkat motor Desmosedici GP yang paling menjanjikan untuk saat ini di grid.
Anomali dengan Yamaha yang sedang terpuruk, terjerembab di palung yang sangat dalam.
Terlebih dengan prestasi sangat minor di musim lalu, tanpa kemenangan satu pun.
Yamaha sudah berikrar ingin kembali memiliki tim satelit demi berbagai keuntungan yang bisa didapatkan, terutama dalam mengoleksi data di trek.
Saat ini dengan hanya mengandalkan dua pembalap pabrikan dan satu test rider yaitu Fabio Quartararo, Alex Rins dan Cal Crutchlow, pabrikan Iwata itu agak kesulitan untuk membandingkan data-data mereka.
Dalam situasi terpuruk dan lesu di MotoGP, mungkinkan ada tim satelit yang mau untuk menjadi bagian dari tim raksasa MotoGP itu?
Lin Jarvis cukup percaya diri menjawabnya. Sejumlah sosok-sosok penting telah dihadirkan Yamaha sejak dua musim terakhir sampai awal musim ini.
Luca Marmorini, menggandeng Dallara untuk mengembangkan aerofairing mereka, hingga mendatangkan sosok penting dari Ducati yakni Massimo Bartolini dan Marco Nicotra, mulai membuat Jarvis melihat secercah harapan.
Semua usaha keras Yamaha untuk mengubah metode kerja mereka yang sebelumnya konservatif nan kolot, menjadi lebih terbuka dan mau menerima kemajuan dari pihak luar dalam hal ini Eropa, diyakini Jarvis bakal terbayarkan.
“Kami harus kembali bisa meraih podium dan saya pikir kami akan bisa memenangi beberapa seri,” kata Jarvis.
“Baik untuk tim satelit maupun untuk tim kami sendiri di pabrikan, kami harus menjadi tim yang kompetitif. Dan jika kami tidak 100% kompetitif tahun ini, kami harus membuktikan dengan investasi jangka panjang kami, memperlihatkan adanya progres.”
“Sebab, jika Anda menandatangi kontrak, Anda tidak akan menandatangani kontrak untuk motor yang seperti sekarang ini. Anda akan mau tanda tangan untuk motor yang Anda harapkan akan Anda miliki di masa depan,” tandasnya.
Sedikit membandingkan dengan keputusan besar Lewis Hamilton di F1, pindah dari McLaren ke Mercedes lalu yang terbaru ingin ke Ferrari yang sedang terseok-seok, Jarvis berharap akan ada pembalap yang berani mengambil langkah serupa.
“Ketika dia (Lewis) pergi ke Mercedes, banyak orang termasuk saya sendiri berpikir ‘Serius? Apakah Anda yakin?’. Tentu dia tahu sesuatu dan dia punya kepercayaan diri bahwa mereka (Mercedes) telah meletakkan sesuatu yang penting untuk menjadi kompetitif di masa depan.”
“Jadi, yang paling penting adalah untuk pilihan pembalap dan tim satelit adalah untuk membuktikan mereka bahwa ada niat kami, kemampuan dan keterampilan untuk masa depan.
Jarvis pun membocorkan kapan kira-kira Yamaha bisa melihat ‘hilal’ siapa saja tim yang akan direkrut jadi satelit dan pembalap yang sukses digaet.
“Skenario terburuknya mungkin sampai jeda musim panas. Tapi menurut saya, mungkin sekitar Juni, mungkin saat seri Assen (Belanda) itu adalah waktu yang tepat,” ucap pria asal Inggris itu.