redaksiharian.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dijadwalkan berkunjung ke China pada Minggu (18/6) besok. Dalam kunjungannya, Blinken membawa misi khusus untuk menjalin komunikasi lebih baik ‘dengan mengatasi kesalahan persepsi dan menghindari kesalahan perhitungan’.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (17/6/2023), rencana kunjungan Blinken ke Beijing pada 18 Juni besok ini dijadwalkan ulang setelah Washington sebelumnya membatalkan rencana kunjungan pada Februari lalu terkait insiden balon mata-mata China , yang kemudian ditembak jatuh di wilayah AS.

Blinken akan melakukan pembicaraan dengan jajaran pejabat tinggi Beijing pada Minggu (18/6) dan Senin (19/6) mendatang. Ini akan menjadi kunjungan resmi pertama oleh seorang Menlu AS ke China dalam lima tahun terakhir.

“Persaingan yang ketat membutuhkan diplomasi yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa persaingan itu tidak mengarah pada konfrontasi atau konflik,” cetus Blinken dalam konferensi pers di Singapura, sebelum berangkat ke Beijing.

“Itulah yang diharapkan dunia dari Amerika Serikat dan China,” sebutnya.

Lebih lanjut, Blinken mengungkapkan kepada publik soal tujuan utama dari kunjungannya ke China ini.

“Untuk membangun komunikasi yang terbuka dan kuat, sehingga kedua negara secara bertanggung jawab mengelola hubungan kita,” ujarnya.

Dia menyatakan bahwa kunjungannya juga bertujuan untuk memperjelas kepentingan dan nilai-nilai AS, serta mengeksplorasi bidang kerja sama yang mungkin terjalin dengan China, termasuk soal stabilitas ekonomi global, memerangi perdagangan narkoba, dan masalah iklim juga kesehatan.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Blinken menambahkan bahwa dirinya juga akan membahas soal penahanan warga AS oleh otoritas China.

Beijing diketahui menahan sejumlah warga AS atas berbagai tuduhan, termasuk Kai Li, seorang pengusaha yang dituduh menjadi mata-mata tahun 2016, dan David Lin, seorang pendeta Amerika yang ditahan sejak tahun 2016.

Kunjungan Blinken itu dilakukan saat hubungan kedua negara sangat tegang, terutama terkait isu Taiwan, terkait ambisi China memperluas pengaruh politik dan keamanan di seluruh dunia, dan terkait hubungan ekonomi.