RedaksiHarian – Baru memasuki ronde kedua dari MotoGP 2024, keistimewaan bakat si Bocah Ajaib sudah mulai menunjukkan sinar terang.
Pedro Acosta sukses merebut podium pertamanya di kelas MotoGP setelah finis ketiga pada balapan MotoGP Portugal di Sirkuit Algarve, Portimao, Portugal, Minggu (24/3/2024).
Dia menjadi pembalap termuda ketiga yang mampu finis tiga besar di kelas para raja setelah Randy Mamola (1970 – 19 tahun 261 hari) dan Eduardo Salatino (1962 – 19 tahun 274 hari).
Memang, kesuksesan rider yang baru berusia 19 tahun 305 hari itu agak diwarnai keberuntungan menyusul kecelakaan yang dialami Maverick Vinales (Aprilia) pada lap terakhir.
Jatuhnya Vinales dari posisi kedua membuat Acosta yang berada dua posisi di belakangnya secara otomatis naik ke posisi tiga.
Meski begitu, menyebut hasil pembalap anyar Red Bull GASGAS Tech3 sebagai kebetulan tetap saja tidak dibenarkan.
Sebabnya, Acosta sudah melakukan banyak hal besar hanya dengan merangsek ke posisi empat sebelum mendapatkan durian runtuh.
Hanya dalam waktu tujuh lap dia mampu mengasapi dua rekan sepabrikan yaitu Brad Binder dan Jack Miller yang memperkuat tim pabrikan Red Bull KTM untuk posisi lima.
Satu putaran berselang giliran mantan Bayi Alien, Marc Marquez (Gresini Racing), yang harus rela disalip oleh titisannya sendiri.
Korban Si Hiu dari Mazarron belum berakhir karena saat balapan menyisakan lima lap dia mampu menyusul sang Juara Bertahan, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).
Apa rahasianya?
“Feeling di ban depan dan kepercayaan diri saat menyalip mengingatkan saya pada masa-masa saat masih di kelas Moto3 dan tahun-tahun saya di Red Bull Rookies Cup,” imbuhnya.
Acosta mendapatkan promosi cepat ke MotoGP setelah merebut dua gelar juara dunia hanya dalam waktu tiga tahun yaitu Moto3 (2021) dan Moto2 (2023).
Kecepatan bukan satu-satunya kualitas Acosta. Satu hal yang paling membuatnya diyakini punya potensi besar adalah kedewasaannya.
Berdasarkan feedback dan komentarnya, para kru tim KTM pun merasa Acosta adalah pembalap yang memang memiliki bakat istimewa.
Selain itu, kedewasaan dan sikapnya yang hangat dengan selalu menyalami semua kru setiap kali kembali ke garasi juga membuat suasana tim menyenangkan.
Kerja keras kru tim menjadi salah satu faktor yang membuat Acosta ingin membayarnya dengan hasil apik pada balapan.
“Saya tahu bahwa saya bukanlah pembalap yang paling mudah untuk ditangani selama akhir pekan balapan,” kata Acosta.
“Namun, tim ini telah melakukan pekerjaan yang hebat untuk membantu saya. Anda tidak bisa membayangkan berapa lama mereka bekerja sore dan malam hari.”
“Kemudian pada pagi harinya, saya disajikan dengan daftar panjang yang berisi data-data di mana saja saya harus melakukan perbaikan.”
Acosta memulai akhir pekan MotoGP Portugal dengan kurang ideal karena gagal menembus posisi 10 besar dalam latihan hari Jumat sehingga harus berjuang dari kualifikasi 1.
Meski begitu, Acosta dapat meningkat untuk merebut posisi start ketujuh dan finis di posisi yang sama dalam sprint sebelum akhirnya mencetak podium pertama bagi Tech3 sejak 2020.
“Saya sangat berterima kasih kepada mereka untuk itu,” ucap Acosta menutup.