Rusia melarang investor dari negara-negara yang disebut tidak bersahabat untuk menjual saham di proyek-proyek kunci di bidang energi dan perbankan hingga akhir tahun.

Negara-negara Barat dan sekutunya, termasuk Jepang, telah memberlakukan pembatasan keuangan pada Rusia sejak negara tersebut mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari. Moskow membalas sanksi tersebut dengan menghambat pelaku bisnis Barat dan sekutu mereka untuk meninggalkan Rusia. Dan dalam beberapa kasus, Moskow bahkan sampai menyita aset mereka.

Dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin dan diterbitkan pada Jumat (5/8) melarang investor dari negara-negara yang mendukung sanksi terhadap Rusia untuk menjual aset mereka dalam perjanjian bagi hasil (PSA), perbankan, entitas strategis, perusahaan yang memproduksi peralatan energi. Pelarangan tersebut juga berlaku di sektor lain lain, mulai dari produksi minyak dan gas hingga batu bara dan nikel.

Seorang karyawan berbicara di radio di Bashneft, kilang Novoil di kota Ufa, 11 April 2013. (Foto: Reuters)

Seorang karyawan berbicara di radio di Bashneft, kilang Novoil di kota Ufa, 11 April 2013. (Foto: Reuters)

Putin dapat menerapkan dispensasi dalam kasus-kasus tertentu agar kesepakatan tetap berjalan, kata dekrit itu.

Larangan tersebut mencakup hampir semua proyek keuangan dan energi raksasa di mana investor asing masih memiliki saham, termasuk proyek minyak dan gas Sakhalin-1.

Pada Kamis (4/8), produsen minyak negara Rusia, Rosneft, menyalahkan perusahaan migas Exxon Mobil karena penurunan produksi di lapangan Sakhalin-1, setelah perusahaan energi utama AS itu mengatakan sedang dalam proses mentransfer 30 persen sahamnya “ke pihak lain.”

Secara terpisah, sebuah keputusan pemerintah yang ditandatangani pada 2 Agustus memberi waktu sebulan pada investor asing di proyek gas alam cair (LNG) Sakhalin-2, yaitu Royal Dutch Shell dan perusahaan dari Jepang, Mitsui & Co dan Mitsubishi Corp, untuk mengklaim saham mereka di entitas baru yang akan menggantikan proyek yang ada.

Keputusan baru tidak mencakup proyek Sakhalin-2, katanya.

Exxon menolak berkomentar. Pada Kamis, sebelum larangan tersebut diberlakukan, Exxon mengatakan telah membuat kemajuan yang signifikan dengan memutuskan untuk mundur dari proyek Sakhalin-1. Hengkangnya korporasi dari proyek itu adalah proses yang kompleks. Sebagai mantan operator, Exxon memiliki “kewajiban untuk memastikan keselamatan orang, perlindungan lingkungan dan integritas operasi,” kata juru bicara perusahaan Casey Norton, Kamis.

Shell sedang mencari opsi untuk menarik diri dari proyek LNG itu, sementara Tokyo menegaskan kembali keinginannya agar perusahaan Jepang tetap mempertahankan saham mereka di sana.

Sementara itu perbankan dari Italia, yaitu UniCredit dan Intesa, grup AS Citi dan Raiffeisen dari Austria terus mencari opsi untuk keluar dari Rusia. Sementara perusahaan yang lain seperti Societe Generale dan HSBC telah menemukan jalan keluar. [ah]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.