Sejumlah robot membantu para ilmuwan memantau lingkungan secara lebih efisien dan cepat dibanding sebelumnya.
Survei lingkungan adalah misi robot berkaki empat dengan bentuk menyerupai anjing yang dimiliki sekelompok peneliti Universitas Pisa di Italia.
Ia diprogram untuk memeriksa kehidupan tanaman dan menentukan sehat-tidaknya kondisi tanaman tersebut. Berkat sensor dan kamera yang tertanam di dalamnya, ia juga bisa mengukur tinggi dan ketebalan pohon.
Setelah berjalan dan melakukan pemeriksaan selama dua jam, robot itu secara otomatis kembali ke pangkalannya untuk penggantian baterai.
Manolo Garabini, dosen Universitas Pisa sekaligus kepala proyek Kecerdasan Alami, mengatakan, “Ia bisa diprogram sebelumnya, tapi tentu saja memiliki tingkat otonomi tertentu dan dapat mengambil keputusan sendiri. Bagian yang dipra-program adalah wilayah di mana robot harus melakukan misi pemantauan lingkungan, ini sudah diputuskan, jadi ada sejaringan besar wilayah di Eropa di mana aktivitas pemantauan ini harus dilakukan dan di dalam setiap lokasi yang telah dipilih robot akan memiliki tingkat otonomi tertentu untuk melakukan misi pemantauannya tanpa diawasi.”
Para ilmuwan yang mendirikan proyek Kecerdasan Alami di Universitas Pisa itu yakin pemantauan robotik bermanfaat untuk melakukan konservasi habitat secara efektif.
Franco Angelini, dosen Universitas Pisa lainnya, menuturkan, “Status konservasi habitat utamanya dinilai oleh manusia, khususnya operator yang harus terjun ke lingkungan dan memeriksa status konservasinya. Saat ini ada berbagai teknologi yang memungkinkan kita melakukan tugas serupa, tapi sistem ini punya kemampuan untuk bergerak bebas di lingkungan karena ia memiliki sistem kaki yang mereproduksi sistem gerak manusia dan hewan, sehingga ia sangat gesit dan mampu melewati medan yang tidak rata dan sulit.”
Seluruh data yang diterima tim proyek Kecerdasan Alami diserahkan ke departemen lain dan para ahli botani untuk diperiksa dengan cermat. Hasilnya kemudian dipublikasikan untuk para peneliti di seluruh Eropa.
Meski demikian, proyek itu tidak selalu berhubungan dengan tanaman.
Kembali, Manolo Garabini, “Aspek penting lain yang harus diawasi secara khusus adalah kemungkinan kerusakan akibat spesies lain, dalam hal ini hewan yang tidak seharusnya muncul di habitat tersebut dan dapat merusak habitat tersebut. Misalnya, babi hutan yang dapat merusak lahan, tanah dan mencegah pertumbuhan tanaman-tanaman kecil yang baru muncul. Hal ini, dalam jangka panjang, tentu saja dapat merusak habitat.”
Robot juga digunakan di laut, medan yang lebih sulit diakses ilmuwan manusia.
Maria Siclari, direktur jenderal Institut Penelitian dan Perlindungan Lingkungan (ISPRA), mengatakan, “Saya ingin menekankan pemantauan habitat bawah laut dengan menggunakan robot-robot ini, di mana mereka mampu menyelam ke kedalaman lebih dari 1.000 meter untuk memetakan dasar laut sedemikian rupa sehingga kami dapat merekonstruksinya ke dalam model 3D.”
Setelah menyelesaikan tugasnya di San Rossore, dekat kota Pisa, robot ANYmal akan dibawa ke pegunungan Alpen Italia di lingkungan yang sangat berbeda, untuk berusaha merekam data yang lebih penting.
ISPRA mengumumkan pada 26 Juli bahwa laju konsumsi lahan di Italia rata-rata telah mencapai dua meter persegi per detik – yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Secara keseluruhan, Italia kehilangan 1.153 kilometer persegi habitat alami antara tahun 2006 dan 2021. [rd/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.