redaksiharian.com – Setiap bulan Januari hingga Februari, masyarakat Ngada di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan melaksanakan ritual khusus yang disebut Ritus Reba, satu kali dalam setahun.

Tradisi adat sekaligus ritual keagamaan ini merupakan perayaan ucapan syukur kepada Tuhan, alam, dan leluhur.

Sebelum ritual adat dilangsungkan, terlebih dahulu dilakukan perayaan Misa Inkulturasi bagi seluruh peserta ritual, sesuai dengan kepercayaan Iman Katolik.

“Reba ini mempunyai nilai yang sangat tinggi. Reba adalah mewujudkan ekpektasi, imajinasi, nilai-nilai budaya, nilai budaya itu apa?”

“Ada empat. Menyembah ke Allah, (ucapan syukur) kepada arwah leluhur, kepada alam, kepada adat,” kata Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, saat ditemui Kompas.com pada Festival Reba di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sabtu (18/2/2023).

Josef menyampaikan, sesungguhnya dalam sebuah tradisi Reba, ada penanaman nilai kehidupan yang digambarkan lewat uwi (ubi), simbol utama perayaan Reba.

“Ini thanksgiving kepada ubi. Jasi dirayakan, penanaman nilai kehidupan lewat simbol ubi tadi, jadi nilai ditanamkan untuk tunas kehidupan baru, kehidupan inilah yang diharapkan supaya sejahtera ke depannya,” ucap dia.

Ubi ini diyakini sebagai roti kehidupan manusia dan diserukan namanya pada perayaan Reba lewat tarian tanda O Uwi.

Ini merupakan perwujudan seorang tokoh mitologis perempuan, utusan dari Wujud Tertinggi bagi manusia dan secara khusus menyimbolkan pribadi yang mengurbankan hidup agar sesamanya dapat hidup sejahtera.

Adapun hubungan tradisi Reba dengan leluhur tampak saat para tokoh adat membacakan petuah bijak terkait pesan kebijaksanaan hidup, dari leluhur masyarakat Ngada.

Melalui penyampaian petuah itu, masyarakat Ngada yang terlibat dalam perayaan Reba melakukan penyadaran diri serta menarasikan nilai-nilai kehidupan yang patut dipertahankan sepanjang tahun yang telah lewat dan harapan akan tahun yang akan datang.

“Pesan-pesan yang ditanamkan kepada klan (kelompok masayrakat) itu, agar mereka meneruskan nilai-nilai kehidupan supaya dihidupi dan lahir tunas baru sebagai transformasi di tengah masyarakat multikultural,”

“Sehingga upacara nya ini menghasilkan harmoni dengan alam, sesama, dan leluhur yang sudah tidak ada,” ucapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.