redaksiharian.com – Matahari diperkirakan hidup hingga 5 miliar tahun lagi. Para astronom pun mencoba memprediksi saat kematian pusat tata surya itu.
Prediksi yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan sistem tata surya lain di dekat pusat Bimasakti dengan menggunakan WM Keck Observatory Hawaii. Terdapat katai putih yang mati namun planet mirip dengan Jupiter dalam orbit masih bertahan.
“Bukti ini menegaskan bahwa planet yang mengorbit pada jarak yang cukup jauh dapat terus ada setelah kematian bintang mereka,” ujar penulis utama riset itu Joshua Blackman, peneliti postdoctoral University of Tasmania Australia dikutip Sabtu (1/10/2022).
“Mengingat bahwa sistem ini adalah analog dengan tata surya kita sendiri, ini menunjukkan bahwa Jupiter dan Saturnus mungkin bertahan dari fase raksasa merah Matahari ketika kehabisan bahan bakar nuklir dan menghancurkan diri sendiri.”
Matahari akan melewati sejumlah fase saat mati. Salah satunya berkembang menjadi raksasa merah, yang disebut sebagai ‘waktu paling kejam dalam kehidupan bintang’ ungkap NASA.
Saat kematian Matahari nanti, kemungkinan besar Bumi tidak bisa dihuni dan akan hancur. Matahari kemudian akan mengendap dan menjadi katai putih sebagai bintang mati yang dingin dan memudar.
Menghadapi hal itu, salah satu pilihan manusia adalah keluar dari Bumi. Rekan penulis penelitian ini, David Bennett dari University of Maryland dan NASA Goddard Space Flight Center menyarankan pindah ke bulan Jupiter dan Saturnus mungkin layak dipertimbangkan, dengan catatan saat Matahari mati, umat manusia masih ada.
Namun hal ini tidak langsung menyelesaikan masalah. Pasalnya manusia tidak bisa mengandalkan panas dari Matahari sebagai katai putih untuk waktu yang lama, tulis David Bennett.