redaksiharian.com – Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Inggris untuk tidak memberikan pasokan militer berupa amunisi penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium (uranium terdeplesi) ke Ukraina.

“Inggris mengumumkan tidak hanya akan memasok tank ke Ukraina, tetapi juga selongsong dengan uranium terdeplesi. Jika ini terjadi, Rusia akan dipaksa untuk bereaksi,” kata Putin kepada wartawan setelah menggelar pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada Selasa (21/2/2023).

Putin berkata demikian menanggapi pernyataan dari Menteri Pertahanan Inggris, Annabel Goldie, tentang rencana Inggris menyediakan aminumisi termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung depeleted uranium.

Annabel sendiri menyebut rencana itu ketika dirinya ditanya pada hari Senin (20/3/2023) tentang apakah amunisi yang saat ini dipasok Inggris ke Ukraina mengandung depleted uranium.

“Bersamaan dengan pemberian satu skuadron tank tempur utama Challenger 2 ke Ukraina, kami akan menyediakan amunisi termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium. Amunisi seperti itu sangat efektif dalam mengalahkan tank modern dan kendaraan lapis baja,” jawabnya.

Depleted uranium adalah produk sampingan dari proses pengayaan nuklir yang digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir atau senjata nuklir. Ini sekitar 60 persen radioaktif seperti uranium alami.

Depleted uranium juga dapat membantu peluru dengan mudah menembus baja.

Tetapi, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan depleted uranium sebagai logam berat yang beracun secara kimiawi dan radiologis.

Organisasi anti-nuklir CND juga mengutuk keputusan Inggris untuk mengirim amunisi mengandung depleted uranium.

Mereka menyebutnya sebagai bencana lingkungan dan kesehatan tambahan bagi mereka yang hidup melalui konflik karena debu beracun atau radioaktif dapat dilepaskan saat terkena dampak.

“CND telah berulang kali meminta pemerintah Inggris untuk segera melakukan moratorium penggunaan senjata depleted uranium dan untuk mendanai studi jangka panjang mengenai dampak kesehatan dan lingkungannya,” kata sekretaris jenderal CND Kate Hudson, dikutip dari AFP.

Amunisi mengandung depleted uranium tercatat telah digunakan dalam konflik di bekas Yugoslavia dan Irak, dan diduga menjadi penyebab “sindrom Perang Teluk”, kumpulan gejala yang melemahkan yang diderita oleh para veteran perang 1990-91.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.