redaksiharian.com – Pascagempa bumi yang melanda wilayah Turki dan Suriah , kondisi wilayah yang terdampak masih belum pulih sepenuhnya. Kendati demikian, sejumlah korban sudah dievakuasi, banyak yang tertolong, banyak juga yang tak selamat.

Kondisi reruntuhan bangunan yang sangat parah membuat evakuasi di Turki dan Surih sangat sulit dilakukan. Selain itu, minimnya alat berat untuk memungut puing gedung hingga cuaca yang ekstrem membuat evakuasi makin lama dilakukan.

Korban gempa di Turki masih berlindung di tenda yang sudah dibangun oleh tim penyelamat dan pemerintah. Minimnya suplai makanan, dan perlengkapan tidur membuat masyarakat makin tak terkendali.

Di Turki , banyak warga yang kemudian melakukan penjarahan di berbagai tempat seperti toko dan juga rumah-rumah. Kondisi penjarahan paling parah terjadi di distrik pusat kota Antakya, di Turki Selatan.

Pemilik bisnis di distrik tersebut langsung mengosongkan toko mereka. Hal itu untuk mencegah barang dagangan mereka dicuri oleh penjarah.

Penduduk dan tim penyelamat juga mengakui banyaknya penjarahan dan aksi kriminal yang terjadi. Mereka menyebut bahwa kondisi keamanan memburuk dan mulai mempertanyakan komitmen pemerintah.

Menanggapi banyaknya laporan penjarahan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan langsung buka suara. Orang nomor satu di Turki ini menyebut pemerintah akan menindak tegas penjarah.

Selain penjarah, pemerintah Turki akan menempuh jalur hukum untuk bagi pihak yang dirasa bertanggung jawab atas runtuhnya bangunan pascagempa. Wakil Presiden Tukri Fuat Oktay menyebut saat ini sudah ada 131 tersangka atas tuduhan tersebut.

Pihak yang kini dijadikan tersangka dinilai lalai dalam memilih kualitas bangunan di jalur patahan seismik, sehingga membuat kerusakan yang parah. Ratusan tersangka itu bertanggung jawab atas robohnya ribuan bangunan yang tersebar di 10 provinsi.

“Kami akan menindaklanjuti ini dengan cermat hingga proses peradilan yang diperlukan selesai, terutama untuk bangunan yang mengalami kerusakan dan bangunan yang menyebabkan kematian dan luka-luka,” kata Oktay, dikutip dari Reuters.

Wilayah Suriah yang dilanda konflik selama bertahun-tahun mendapat bantuan yang lebih sedikit. Hal ini karena akses jalan yang sulit dan kurangnya fasilitas yang memadai.

Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths menyebut hanya dibuka satu penyeerangan antara perbatasan Turki – Suriah . Kondisi pascagempa ini pun memperparah tragedi tersebut.

Washington mendesak pihak lain untuk segera membuka akses menuju Suriah agar bantuan dan tim penyelamat bisa segera sampai. Martin bahkan merasa sangat prihatin dan menyebut warga Suriah merasa ditinggalkan.

Di Suriah , tim penyelamat menyebut masih menemukan orang yang bertahan hidup di bawah puing gedung meski telah enam hari pascagempa. Video-video penyelamatan penyintas gempa beredar luas di media sosial dan membuat banyak orang terenyuh.

Kondisi perbatasan kini dikuasai oleh kelompok oposisi garis keras hingga bantuan tidak tersalurkan dengan baik. Terdapat masalah dalam mendapat persetujuan dengan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Namun pihak HTS mengungkapkan akan memberikan akses bagi tim penyelamat dan bantuan menuju daerah terdampak gempa. Pihak PBB berharap ada dua titik perbatasan yang harus dibuka demi menyalurkan bantuan.

Sejumlah negara Arab seperti Uni Emirat Arab telah memberikan dukungan kepada Suriah . Pada Minggu pagi kemarin, bantuan dari Eropa sudah sampai di Damaskus.

Sejauh ini korban meninggal dunia pascagempa di Turki dan Suriah mencapai 33.000 jiwa. Ratusan bangunan di kedua negara dilaporkan ambruk dan tak bersisa.***