Presiden Brazil Jair Bolsonaro kembali mempertanyakan sistem pemilu di Brazil, pada Senin (18/7), kurang dari tiga bulan menjelang pemilihan presiden, di mana semua lembaga survei memprediksi bahwa ia akan mengalami kekalahan dalam pemilihan tersebut.

“Kami ingin memperbaiki kekurangan, kami ingin transparansi, demokrasi yang sesungguhnya,” kata pemimpin sayap kanan, yang telah berulang kali meragukan sistem pemungutan suara elektronik di negara yang dipimpinnya itu.

Ia kembali menyalahkan sistem pemungutan suara dalam sebuah pidato selama hampir satu jam di istana kepresidenan di Brasilia, di hadapan puluhan duta besar yang diundang secara khusus untuk mendengarkannya membahas masalah itu.

Beberapa yang diundang antara lain duta besar Prancis dan Spanyol.

Para pemilih di Brazil menyerahkan surat suara mereka secara elektronik di tempat pemungutan suara.

Tapi Bolsonaro sudah lama berargumen agar terdapat hasil cetakan kertas untuk setiap surat suara yang diserahkan secara elektronik, karena menurutnya ketiadaan bukti kertas mempermudah kecurangan pemilu.

Ia sendiri belum menunjukkan bukti kecurangan apa pun dan Pengadilan Tinggi Pemilu pun berkukuh bahwa sistem pemilu yang ada adil dan transparan.

“Kita tinggal tiga bulan lagi menuju pemilihan,” kata Bolsonaro. “Kita tidak bisa menyelenggarakan pemilu di tengah ketidakpercayaan.”

Keraguan pada sistem pemilu yang berulang kali disampaikannya mendorong Mahkamah Agung Brazil untuk membuka penyelidikan terhadap Bolsonaro.

Bolsonaro sendiri diprediksi kalah dari mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang berhaluan kiri pada pilpres Oktober nanti.

Da Silva menyebut pidato Bolsonaro sebagai kebohongan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah nyata yang dihadapi negara itu.

“Sangat disayangkan Brazil tidak memiliki presiden yang memanggil 50 duta besar untuk mendiskusikan sesuatu demi kepentingan negara,” cuit Da Silva di Twitter pada Senin. “Ketenagakerjaan, pembangunan atau perang melawan kelaparan, misalnya. Ia malah berbohong terhadap demokrasi kita.”

Pernyataan Bolsonaro membuat para pengamat khawatir bahwa dirinya akan menolak kekalahan dalam skenario yang sama seperti pemberontakan 6 Januari 2021 ke gedung Kongres AS yang dilakukan oleh para pendukung Donald Trump, yang merupakan sosok yang diidolakan oleh Bolsonaro.

Pada sidang Senat pekan lalu, Menteri Pertahanan Brazil Paulo Sergio Nogueira mengajukan gagasan untuk menggelar “pemungutan suara paralel” dengan menggunakan kotak suara khusus untuk surat suara fisik. [rd/rs]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.