RedaksiHarian – Sebagian besar kontrak pembalap tim pabrikan, yang biasanya berlangsung selama dua tahun, memang akan habis pada akhir tahun depan.
Situasi ini yang menyebabkan negosiasi untuk perpanjangan masa bakti maupun ‘pengkhianatan’ akan berlangsung dengan tensi tinggi sejak awal.
Awalan yang lemah bisa menghadirkan marabahaya bagi pembalap, juga pabrikan, karena masa penilaian umumnya dipersingkat menjadi beberapa seri pertama saja.
Satu pembalap yang menjadi sorotan adalah Marc Marquez yang baru akan memulai debutnya bersama tim satelit Ducati yaitu Gresini.
Juara dunia delapan kali itu membuatnya dirinya tersedia dalam pasar setelah hanya menerima tawaran kontrak satu tahun saja saat mempertimbangkan hengkang dari Honda.
“Satu-satunya opsi hanya kontrak setahun,” terang Marquez setelah kontraknya bersama Gresini diumumkan di Mandalika pada Oktober lalu.
“Alasannya, ketika kita berada di masa yang sulit, kita akan memiliki keraguan dalam diri kita.”
“Jika tidak menikmatinya, tidak ada artinya untuk berlomba. Jika kita tidak menikmatinya, kenapa bertahan,” imbuh pembalap yang belum bisa menang lagi selama dua tahun terakhir.
Membebaskan diri dari ikatan kerja untuk musim 2025 membuat Marquez menjadi salah satu target panas dalam bursa pembalap MotoGP.
Lebih-lebih, pembalap yang pernah dijuluki The Baby Alien itu sudah menunjukkan potensi bahwa dia tidak akan memerlukan waktu lama untuk menemukan kecepatannya dengan motor anyar.
Prediksi bahkan sudah terdengar sejak tes pramusim di Valencia bahwa kombinasi talenta di atas rata-rata Marquez dan lesatan motor Ducati akan menjadi material penantang gelar.
Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, telah mengonfirmasi bahwa Marquez merupakan salah satu calon pembalap tim pabrikan asal Borgo Panigale ini untuk tahun depan.
Kalimat Ciabatti ini terdengar menarik mengingat bagaimana Ducati sejatinya memperlihatkan diri mereka kurang senang dengan langkah Gresini merekrut Marquez.
Meski demikian, pendapat lain diutarakan salah satu manajer pembalap veteran di MotoGP yaitu Alberto Vergani.
Pria yang pernah bekerja sama dengan rider top seperti Carlos Checa, Marco Melandri, hingga Danilo Petrucci merasa merekrut Marquez ke tim pabrikan sudah menjadi keharusan bagi Ducati.
“Kalau Marc memiliki sebuah musim kemenangan, Ducati harus membawanya ke tim pabrikan, itu juga karena sponsor yang terlibat akan mendorong ke arah sana,” ujar Vergani kepada GPOne.
Vergani makin percaya dengan intuisinya karena kedekatannya dengan General Manager Ducati Corse yaitu Gigi Dall’Igna.
Masih menurut Vergani, Dall Igna tidak akan membiarkan pembalap juara seperti Marquez diambil tim kuat lainnya setelah satu tahun menjajal Desmosedici.
Selain potensi kembali ke Honda, Marquez juga dihubung-hubungan dengan KTM yang saat ini menjadi salah satu penantang terdekat Ducati dalam kejuaraan.
Pada akhirnya, Marquez lah yang menyebabkan Ducati cuma menjadi peringkat dua MotoGP bersama Dovizioso selama tiga musim beruntun pada 2017-2019.
Adapun dalam dua musim emas Ducati bareng Francesco Bagnaia, Marquez nyaris tidak terlibat dalam persaingan karena cedera hingga motor yang sudah tidak terselamatkan.
Tentunya, merekrut Marquez akan memerlukan sebuah pengorbanan besar Ducati.
Mendatangkan jawara lomba berusia 30 tahun itu bakal menyia-nyiakan potensi dua pembalap muda yang telah diasuh Ducati.
Dua sosok yang dimaksud adalah Jorge Martin dan Enea Bastianini, dua pembalap berstatus juara dunia yang direkrut bersama oleh Ducati untuk musim 2021.
Keduanya memang sudah mencapai kesuksesan dengan mencetak kemenangan dan bersaing dalam perburuan gelar.
Namun, dalam hal mencapai destinasi terakhir yaitu menjadi juara dunia MotoGP bersama Ducati, Martin dan Bastianini belum seberuntung rookie rekrutan Ducati sebelum mereka yaitu Bagnaia.
Nasib lebih tragis akan dialami Martin yang sama sekali belum mencicipi prestise dari sebuah kursi tim pabrikan Ducati.
Merapat ke Ducati dengan meninggalkan program pembinaan KTM dan mendapat motor pabrikan sejak musim debut di kelas para raja, Martin belum beranjak dari posisinya di tim Pramac.
Setelah dikalahkan Bastianini dalam perebutan kursi tim pabrikan, Martin kehilangan kans untuk promosi karena dikalahkan Bagnaia dalam perburuan gelar.
Martin bahkan sudah mengumumkan niat pindah ke pabrikan lain jika tidak melihat kemungkinan bergabung dengan tim pabrikan.
“Prioritas 100 persen adalah tim pabrikan,” kata Martin kepada AS.
“Tujuannya saya adalah tim pabrikan Ducati … tapi jika mereka tidak menginginkan saya atau berpendapat bahwa saya bukan yang terbaik, saya akan mencari tempat lainnya.”
Kalimat Martin memperkuat skenario dalam bayangan Vergani.
“Tentunya, dengan ada banyaknya pembalap di atas motor Ducati sekarang, dan kita mungkin tidak akan melihat mereka lagi pada 2025,” kata Vergani.
“Jika Martin tidak bergabung dengan tim pabrikan, saya pikir dia akan pergi, dan dia sudah menegaskannya dengan pernyataan terkini.”
Hal yang sama berlaku bagi Bastianini.
Tekanan besar sudah berada di hadapan Bestia karena harus memperjuangkan tempatnya. Musim lalu, pencapaian buruknya masih termaafkan karena cedera panjang.
Posisi Bastianini jelas tidak seaman rekan setimnya, Bagnaia, yang telah mempersembahkan gelar selama dua musim terakhir.
“Jorge bisa pergi ke KTM atau Honda, sementara Bastianini bisa pindah ke Aprilia,” ucap Vergani.
“Itu sama sekali bukan hal buruk bagi Enea, tapi dia harus mengirim sinyal setelah kesulitan pada musim lalu.”