Seorang perwira polisi Uvalde yang menunggu izin pengawas untuk menembakkan senapannya, melewatkan kesempatan untuk menangkap seorang penembak yang kemudian membantai 19 anak-anak dan dua guru di sebuah sekolah dasar di Texas, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Rabu (6/7).
Detail yang sebelumnya tidak dilaporkan itu dimasukkan dalam laporan oleh Pusat Pelatihan Respons Cepat Penegakan Hukum Tingkat Lanjut di Texas State University yang ditugaskan Departemen Keamanan Publik Texas.
Proses penanganan kasus penembakan masal di Uvalde telah mendapat kecaman tajam dari pejabat penegak hukum senior, pejabat terpilih dan masyarakat. Kemarahan tersebut berfokus pada laporan bahwa terdapat 19 petugas yang menunggu lebih dari satu jam di lorong di luar ruang kelas tempat anak-anak dibantai sebelum tim taktis – yang dipimpin Patroli Perbatasan AS – akhirnya masuk dan membunuh penembak.
Sebelum memasuki halaman sekolah, penembak telah menabrakkan mobilnya dan menembaki sebuah toko di seberang jalan pada pukul 11.28 waktu setempat, yang memicu tanggapan penegak hukum.
Pukul 11.33, sebelum penembak memasuki gedung sekolah, seorang petugas polisi Uvalde di lokasi kecelakaan mengamati tersangka membawa senapan di sekolah. Petugas itu, berjarak 135 meter dari penyerang, berada dalam jangkauan senapan. Namun ia khawatir jika tembakan dia meleset, maka tembakan itu bisa menembus dinding dan membahayakan anak-anak, menurut laporan itu.
Petugas tersebut kemudian meminta izin kepada atasannya yang tidak disebutkan namanya untuk menembak, menurut laporan itu.
“Namun, petugas tidak mendengar atau terlambat merespons. Petugas berbalik untuk mendapatkan konfirmasi dari atasannya dan ketika dia berbalik untuk menyapa tersangka, dia telah memasuki lorong barat tanpa henti,” kata laporan itu, mengutip pernyataan petugas, sebagaimana disampaikan melalui wawancara penulis dengan petugas investigasi.
Laporan itu menyimpulkan bahwa petugas tersebut akan dibenarkan menggunakan tindakan yang mematikan, mengutip standar KUHP Texas bahwa seorang petugas memiliki keyakinan “masuk akal” bahwa kekuatan mematikan diperlukan untuk menghentikan pembunuhan.
Namun “jika petugas itu tidak yakin bahwa dia bisa mengenai sasarannya dan latar belakangnya jika dia meleset, dia seharusnya tidak menembak,” kata laporan itu.
Pejabat polisi Uvalde tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Laporan setebal 26 halaman itu dibuat berdasarkan video sekolah, video yang diambil oleh orang lain dari luar sekolah, kamera tubuh petugas, log radio, kesaksian dari petugas yang berada di tempat kejadian, dan pernyataan dari penyelidik, kata pusat pelatihan, menambahkan bahwa laporan tidak boleh dianggap definitif atau final. [ah/rs]