RedaksiHarian – Pasukan Juergen Klinsmann mendapatkan julukan baru dari fan timnas Korea Selatan setelah lolos ke semifinal Piala Asia 2023.
Son Heung-min dkk disebut memainkan “sepak bola zombi” karena beberapa kali seperti bangkit dari kematian.
Tim Korsel sangat persisten untuk menolak mati meski disakiti musuh sehingga diasosiasikan dengan mayat hidup.
Lihat saja kiprah mereka sejak fase grup.
Ksatria Taeguk bisa dibilang nyaris tak pernah menampilkan permainan terbaik sesuai standar harapan fan.
Namun, mereka bisa juga merangkak ke semifinal.
Korea Selatan finis sebagai runner-up Grup E dengan catatan hanya sekali menang dan dua kali seri.
Setelah menang 3-1 atas Bahrain, mereka berimbang 2-2 dengan Yordania.
Hasil remis ditentukan gol bunuh diri Yazan Al-Arab yang selamatkan Korsel pada menit ke-90+1.
Selanjutnya Klinsmann digempur kritik makin deras karena hanya membawa Korsel seri dengan tim gurem Asia, Malaysia, dengan skor 3-3.
Mereka pun dipaksa berjuang sampai menit-menit akhir demi mengais satu angka susah payah.
Masuk babak 16 besar, Negeri Ginseng tak jadi digugurkan Arab Saudi berkat gol penyama skor Cho Gue-sung pada menit ke-90+9.
Selepas memaksakan hasil seri 1-1, lalu mereka menang via adu penalti.
Drama Korea mentas lagi di perempat final.
Kali ini Australia yang dibikin patah hati.
Keunggulan Socceroos di babak pertama hangus akibat gol penalti Hwang Hee-chan (90+6′) dan tendangan bebas Son Heung-min (104′).
Di tengah segala hujatan dan keraguan, tahu-tahu Klinsmann membawa pasukannya selangkah lagi menuju final.
Kalau juara, dia akan menyudahi penantian panjang Korea Selatan terhadap trofi Piala Asia.
Taeguk Warriors adalah kampiun dua edisi perdana pada 1956 dan 1960, tapi ironisnya belum pernah juara lagi setelah itu.
Enam puluh empat tahun kemudian, sepak bola mayat hidup siap kembali memakan korban, meski secara perlahan, saat mereka bertemu lagi dengan timnas Yordania di semifinal.
Partai tersebut akan digelar di Stadion Ahmad bin Ali, Al Rayyan, Selasa (6/2/2024), pukul 22.00 WIB.
“Ini grup pemain yang luar biasa, tim yang sangat bagus.”
“Mungkin karena ekspektasi begitu tinggi di Korea untuk membawa pulang trofi setelah lebih dari 60 tahun, mereka bertanya-tanya, ‘bagaimana kalau tidak berhasil?’.”
“Jadi hal tersebut menghambat mereka. Saya selalu bilang agar mereka jangan khawatir.”
“Ini semua hanya masalah psikologis. Ini pengalaman yang fantastis, dan kami sekarang ada di semifinal.”
“And bisa melihat di mata pemain-pemain ini betapa mereka sangat ingin membanggakan negara dan keluarganya,” imbuh sang pemenang Piala Dunia 1990 bersama timnas Jerman.