RedaksiHarian – Daniel Sianturi, Pengamat Sepak Bola
Setelah Nigeria sukses menyegel satu tiket di final usai mengalahkan Afrika Selatan, giliran Pantai Gading yang akhirnya tiba di puncak setelah menyingkirkan Republik Demokratik Kongo di babak semifinal.
Gol Sebastian Haller pada menit ke-65 menjadi pembeda nasib antara Pantai Gading dan RD Kongo.
Keberhasilan Franck Kessie dkk. meluncur ke babak final seperti menghapus keraguan rakyat Pantai Gading atas kiprah tim nasional mereka di Piala Afrika edisi ke-34 ini.
Sebagai tuan rumah, langkah tim berjulukan Para Gajah menapaki babak final memang tidak mulus.
Tim besutan Emerse Fae ini bahkan butuh keajaiban untuk bisa lolos dari babak penyisihan grup.
Membuka turnamen dengan baik lewat kemenangan 2-0 atas Guinea-Bissau, tuan rumah justru dalam ancaman bencana besar sesudahnya.
Pantai Gading menelan dua kekalahan di fase grup di mana salah satunya saat bertemu Nigeria, yang akan kembali dihadapi pada babak final mendatang.
Menduduki peringkat ke-3 di Grup A, Pantai Gading akhirnya lolos ke babak gugur setelah menjadi peringkat ketiga terbaik keempat.
Menuju babak final, Pantai Gading berhasil menyingkirkan juara bertahan Senegal di babak 16 besar lewat drama adu penalti.
Tuan rumah juga membutuhkan waktu 120 menit untuk mengirim pulang Mali di babak perempat final sebelum memainkan duel dengan RD Kongo di semifinal.
Pantai Gading kini sudah tiba di final dan akan berupaya keras meraih trofi juara untuk kali ketiga.
Namun, untuk bisa naik podium tentu tidak akan mudah bagi Pantai Gading.
Bukan hanya calon lawan mereka yakni Nigeria punya pengalaman panjang di Piala Afrika tetapi Pantai Gading juga punya tantangan tersendiri.
Dalam sejarah keikutsertaan di putaran final Piala Afrika, Pantai Gading sudah empat kali menerobos babak final.
Dua dari empat kesempatan berakhir dengan ratapan duka usai mengakhiri babak final dengan kekalahan, yakni pada final Piala Afrika 2006 dan 2012.
Sementara dua final yang lain berujung manis dengan gelar juara direngkuh pada Piala Afrika edisi 1992 dan 2015.
Tantangan datang dalam wujud sebuah misteri yang membelenggu bagi Les Elephants saat melakoni babak final.
Dalam empat kesempatan memainkan laga puncak di Piala Afrika, tak sekali pun pemain Pantai Gading masuk papan skor dalam waktu normal.
Nihil gol sepanjang pertandingan, laga-laga final yang dilakoni Pantai Gading selalu berakhir dengan skor kacamata termasuk saat pertandingan dilanjutkan hingga babak perpanjangan waktu.
Ujungnya adu penalti menjadi menyesakkan bagi Pantai Gading karena mereka akhirnya harus mengakui keunggulan Mesir (2006) juga Zambia (2012).
Sementara adu tos-tosan yang berbuah gelar juara bagi Pantai Gading didapatkan usai menang atas Ghana baik di final Piala Afrika 1992 maupun 2015.
Oleh karenanya, untuk bisa memperbesar peluang mengangkat trofi juara, para pemain Pantai Gading wajib menemukan cara untuk bisa membobol gawang Nigeria.
Mencetak gol di babak final akan jadi target pertama bagi Pantai Gading melakoni babak final menghadapi Nigeria yang rencananya akan digelar di Stade Alassane Ouattara, Minggu (11/2/2024).
Tentu saja mencetak gol lebih banyak dari Nigeria dalam laga final mendatang akan menjadikan Pantai Gading akan berpesta besar di rumah mereka sendiri.