Mugo Macharia mengungkapkan, alasannya mendirikan perusahaan Noma Green Plastic adalah karena kepeduliannya pada lingkungan. Ia mengatakan, ribuan atau bahkan jutaan ton sampah plastik diproduksi negaranya setiap tahun. Di Nairobi sendiri, 2400 ton sampah padat dihasilkan setiap harinya, di mana sekitar 20 persen adalah plastik.

“Kami percaya kami berkontribusi pada aksi mengatasi perubahan iklim dalam dua cara. Pertama, kami membersihkan lingkungan. Kami mengambil sampah plastik dari tempat-tempat pembuangan sampah, dan kami mengetahui kontribusi tempat pembuangan sampah terhadap pemanasan global, dan cara kedua, produk kami merupakan pengganti kayu yang sangat bagus. Lihat saja begini, satu tiang kayu adalah salah satu tiang plastik kita. Jadi, semakin banyak kita menggunakan tiang plastik, semakin banyak pohon yang ada di lingkungan kita dan semakin kita bisa menyelamatkan lingkungan kita dari deforestasi,” jelasnya.

Noma Green Plastic Limited mendaur ulang 30 ton plastik setiap bulannya. Tujuh karyawan perusahaan itu mengumpulkannya dari berbagai tempat pembuangan, Mereka kemudian menyortir, melelehkan, dan mencetakanya menjadi berbagai bentuk.

Mugo mengatakan bahwadia memulai usaha tidak hanya untuk membantu membersihkan sisa plastik yang dibuang ke lingkungan, tetapi juga untuk memberikan tujuan yang lebih estetis, seperti mengubahnya menjadi, ubin, bangku dan meja untuk taman.

Perusahaan itu juga membuat tiang untuk pagar, sekitar 100 buah sehari. Harganya rata-rata sekitar $8 per tiang dan mampu bertahan sekitar 40 tahun.

John Njenga, seorang pelanggan Noma Green, mengaku senang dengan pagar plastik. “Awalnya saya beli kayu untuk pagar, tapi kalau malam, orang mencuri dan menggunakannya sebagai kayu bakar untuk memasak. Sekarang saya menemukan plastik ini. Tidak ada yang mencurinya. Jadi saya lebih suka karena lebih tahan lama, bisa dipaku seperti kayu, dan saya akan terus memasangnya sampai menutupi seluruh lahan pertanian,” jelasnya.

Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), 400 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun di berbagai penjuru dunia.

Erastus Ooko, dari Greenpeace Afrika, memuji upaya Noma untuk membantu krisis sampah plastik global, tetapi mengatakan usahanya itu sangatlah kecil. “Apa yang dilakukan Noma Plastic terpuji. Perusahaan itu menangani plastik yang sudah ada di lingkungan. Tetapi krisis plastik atau ancaman plastik perlu ditangani dari sumbernya. Dan itulah mengapa kami mengkampanyekan perjanjian plastik global untuk dapat mengatasi masalah ini secara holistik dari sumbernya dan itulah satu-satunya cara agar kami dapat menutup produksi plastik,” komentarnya.

Menurut Ooko, produk Noma tidak akan menyelesaikan krisis perubahan iklim dengan sendirinya, tetapi usaha sekecil apapun untuk menanggulangi sampah plastik perlu diberi acungan jempol. [ab/uh]


Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.