redaksiharian.com – Pakar lingkungan dan sosial Ute Sudmann memandang bahwa perusahaan dari berbagai sektor perlu mempertimbangkan aspek lingkungan yang berkelanjutan sebagai bagian dari tujuan bisnis setidaknya untuk jangka waktu menengah.
Menurut dia, saat ini banyak perusahaan yang terlalu fokus pada tujuan jangka pendek saat mempertimbangkan imbal hasil dari aspek lingkungan. Padahal, kata Sudmann, aspek lingkungan merupakan suatu hal yang manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
“Menurut saya, kita benar-benar perlu memperluas pandangan ke tujuan jangka menengah dari jangka pendek jika kita benar-benar ingin melihat kemajuan dalam aksi lingkungan,” kata Sudmann yang juga merupakan Vice President Sustainability DEG dalam diskusi panel daring, yang diikuti di Jakarta, Senin.
Saat menjalankan bisnis, banyak perusahaan masih mengedepankan strategi untuk mendapatkan keuntungan ekonomi terlebih dahulu alih-alih memikirkan keberlanjutan lingkungan. Bahkan, aspek lingkungan masih kerap dipandang sebagai sesuatu yang kurang menguntungkan.
“Menurut pengalaman saya, pandangan ini tidak benar. Tidak benar sama sekali. Dibuktikan dari banyak laporan atau penelitian ilmiah bahwa perusahaan yang menerapkan ESG dengan baik, juga lebih berhasil dalam aspek ekonomi,” ujar Sudmann.
Oleh sebab itu, dia mendorong agar setiap perusahaan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, untuk benar-benar mengintegrasikan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and corporate governance/ESG) ke dalam keseluruhan proses bisnis.
“Setiap perusahaan memiliki jejak lingkungan, jejak sosial. Dan menurut saya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan untuk mengembangkan strategi ESG,” kata dia.
Untuk mengatasi perubahan iklim, Sudmann memandang komitmen global secara tertulis saja tidaklah cukup. Dia mengingatkan bahwa setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan lingkungan, termasuk saat individu tersebut bekerja di suatu perusahaan.
“Menurut saya, ini bukan tentang menitikberatkan tanggung jawab ke sektor atau perusahaan tertentu saja, atau ke pemerintah saja, tetapi harus benar-benar mulai dari kehidupan pribadi di perusahaan tempat Anda bekerja,” kata dia.
Senada dengan itu, Partner East Ventures Avina Sugiarto menambahkan prinsip ESG yang diterapkan pada perusahaan memang membutuhkan perjalanan yang panjang. Oleh sebab itu, imbuh dia, East Ventures sebagai modal ventura senantiasa mengedepankan prinsip ESG sejak perusahaan didirikan pada 2009. Selain itu, East Ventures juga melakukan sejumlah inisiatif termasuk menerapkan investasi bertanggung jawab yang didukung oleh PBB.
“Kami juga melihat manajemen risiko ESG sangat penting dan kami selalu melihat dampak sebagai output dari investasi kami selain imbal hasil secara finansial,” kata Avina.