redaksiharian.com – Estonia kabarnya menjadi negara pertama di Eropa Tengah yang melegalkan pernikahan sesama jenis setelah udang-undangnya disetujui oleh parlemen pada Rabu, 21 Juni 2023.

“Perjuangan ini mungkin berat, tetapi penting bagi kita untuk mempromosikan pernikahan dan cinta,” kata Perdana Menteri Kaja Kallas.

“Selama 30 tahun ini, kami telah mengalami kemajuan yang signifikan sejak memperoleh kemerdekaan dari pendudukan Soviet. Kami, sebagai negara-negara di Eropa Tengah, telah menjadi setara dengan negara lain yang memiliki nilai yang sama,” ujarnya.

Meskipun pernikahan sesama jenis telah legal di sejumlah negara Eropa Barat, namun hal ini belum terjadi di negara yang berada di Eropa Tengah.

Mayoritas negara-negara di kawasan tersebut sebelumnya berada di bawah kekuasaan komunis dan menjadi anggota Pakta Warsawa yang dipimpin oleh Moskow, tetapi saat ini mereka adalah anggota NATO dan Uni Eropa.

Rancangan Undang-Undang (RUU) ini disetujui dengan perolehan 55 suara di parlemen, yang terdiri dari total 101 kursi.

Suara tersebut berasal dari koalisi partai liberal dan sosial demokrat yang berhasil dibentuk oleh Kallas setelah memenangkan pemilu 2023 dengan kemenangan yang meyakinkan. Undang-Undang ini dijadwalkan akan mulai berlaku pada 2024.

Selain itu, Annely Lepamma, salah seorang LGBT mengaku bahagia usai parlemen menyetujui pernikahan sesama jenis ini.

“Akhirnya negara ini ( Estonia ) menerima keberadaan saya,” ujar Lepamaa, seorang wanita lesbian berusia 46 tahun.

“Hingga saat ini, saya telah berjuang dalam segala hal. Saya harus melalui proses pengadilan hanya untuk mengadopsi anak saya sendiri,” katanya.

Negara Estonia , yang sebagian besar memiliki penduduk sekuler sebanyak 1,3 juta jiwa, lewat hasil jajak pendapat tahun 2023 yang dilakukan oleh Pusat Hak Asasi Manusia.

Angka ini mengalami peningkatan signifikan dalam satu dekade sebelumnya yang hanya mencapai 34 persen.

Akan tetapi, sebanyak 38 persen penduduk Estonia masih berpendapat bahwa perilaku komunitas LGBT tidak dapat diterima.

Selain itu, pernikahan sesama jenis juga mendapatkan penolakan dari kelompok etnis minoritas Rusia, yang merupakan seperempat dari populasi negara tersebut, dengan hanya 40 persen dari mereka yang mendukungnya.

Di Estonia , kaum LGBT cenderung menjaga identitas mereka dengan merahasiakannya.***