redaksiharian.com – Bayar Bayarsaikhan mengalami obesitas hampir sepanjang hidupnya, dengan berat badan terberatnya mencapai 226 kilogram (kg).
Kepada Today, pria berusia 31 tahun itu mengatakan bahwa obesitas tidak hanya membuat tubuhnya menjadi tidak sehat, tetapi juga pikirannya.
“Saya berhenti berpikir tentang tujuan-tujuan hidup yang lebih jauh karena yang saya pikirkan hanyalah berjuang melawan tubuh saya,” ungkapnya.
“Termasuk bagaimana cara menghilangkan rasa sakit di punggung, kaki, betis, dan kaki saya,” terang dia.
Beban tersebut akhirnya berdampak besar pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Bayarsaikhan pun mengakui bahwa ia sering merasa sangat lelah, sehingga ia harus duduk untuk mencuci piring atau memberi tahu anak-anaknya jika ia merasa kelelahan untuk bermain dengan mereka.
“Di Disney World, saya harus menyewa kursi roda,” tambahnya.
“Istri saya mendorong saya untuk mulai berjalan, tetapi saya kehilangan minat untuk melakukan apa pun. Saya hanya tidak ingin pergi ke luar karena kaki saya akan sakit,” kata dia.
Saat berat badan Bayarsaikhan mencapai 226 kg, ia sama sekali tidak merasa sehat.
“Saya selalu merasa lelah. Saya harus tidur siang setiap hari selama dua jam. Itulah yang mendorongnya untuk akhirnya memeriksakan diri ke dokter,” ujarnya.
Berkonsultasi ke dokter
Pada Januari 2021, kunjungan dokter membuka matanya terhadap kenyataan kondisi kesehatannya.
“Saya didiagnosis menderita hipertensi yang parah, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2. Dokter juga memberi tahu saya bahwa saya hanya diperkirakan akan hidup sampai usia empat puluhan,” katanya.
Tak sampai di situ, Bayarsaikhan pun didiagnosis menderita apnea tidur yang parah.
“Saya mengetahui bahwa pada orang normal dan sehat, apnea tidur dapat terjadi sekitar 1-3 kali dalam satu jam, tetapi saya mengalami 135 kali dalam satu jam.”
“Jadi, sepertinya saya seperti sedang tidur, tetapi tubuh saya tidak pernah tidur. Dan itulah mengapa saya kelelahan sepanjang hari. Rasanya seperti saya tidak pernah tidur,” ungkapnya.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, ia mulai menggunakan mesin tekanan saluran napas positif berkelanjutan (CPAP) dan mengonsumsi 5-6 jenis obat.
“Saya punya dua anak. Saya masih muda. Saya berusia 29 tahun pada saat itu. Dan dokter mengatakan kepada saya bahwa harapan hidup saya hanya sekitar pertengahan usia 40-an,” katanya.
“Saya pikir, saya tidak ingin mati di usia 40-an. Saya ingin melihat anak-anak saya tumbuh dewasa. Saya ingin punya cucu,” terang dia.
Saat itulah Bayarsaikhan memutuskan bahwa ia harus melakukan perubahan gaya hidup yang serius.
Kini, ia telah kehilangan hampir setengah dari berat badannya, dengan penurunan berat badan sebanyak 104 kg dalam waktu dua tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menurunkan berat badan
Lebih lanjut, Bayarsaikhan membagikan langkah-langkah yang dilakukan untuk bisa menurunkan berat badan dan hidup dengan cara yang sehat sebagai berikut:
• Mengontrol kecanduannya terhadap gula
Bayarsaikhan tahu bahwa ia perlu mengubah pola makan . Dia mengonsumsi makanan cepat saji 2-3 kali seminggu dan banyak makanan manis seperti kue.
“Tantangan terbesar saya adalah saya kecanduan gula, biasanya mengonsumsi 200 gram gula sehari,” katanya.
“Saya biasa minum soda setiap hari atau minuman berenergi. Kecanduan gula saya sangat tinggi. Jadi, saya harus menghentikannya. Itu sangat sulit dan saya harus melatih pikiran saya,” ujar dia.
Sementara Bayarsaikhan membuat perubahan pada kebiasaan makannya, ia tidak menganggapnya sebagai diet.
Baayarsaikhan juga berfokus pada kontrol porsi untuk mengurangi makanan tidak sehat secara berkelanjutan.
“Saya tidak suka kata diet. Dokter akan mengatakan kepada saya bahwa saya harus melakukan diet dan saya tidak suka itu. Diet tidak berkelanjutan dalam jangka panjang,” terangnya.
Alih-alih mengurangi makanan, ia fokus pada kontrol porsi.
“Seiring berjalannya waktu, saya belajar untuk mengontrol porsi makan saya, yang secara perlahan-lahan membunuh hasrat makan saya,” ungkapnya.
“Saya masih makan semuanya, tapi saya belajar untuk mengendalikannya. Butuh waktu satu setengah tahun untuk belajar mengendalikannya,” jelas dia.
Baayarsaikhan mengatakan bahwa ia masih mengidam (soda), tapi ia hanya akan meminumnya jika ia benar-benar menginginkannya.
“Dan ketika meminumnya, saya akan meminumnya dua teguk dan membuangnya. Sama halnya dengan keripik. Saya akan makan segenggam dan tidak menghabiskan satu kantong. Jadi, saya telah belajar untuk membunuh keinginan,” sambungnya.
• Berolahraga secara rutin
Selama delapan bulan pertama, Bayarsaikhan fokus pada latihan kardio.
Awal mulanya berolahraga , Bayarsaikhan masih memiliki jantung yang lemah, sehingga ia tidak langsung melakukan angkat beban.
Ia juga merasa aktivitas seperti berjalan dan berlari membosankan, namun tetap melakukannya untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskularnya.
“Saya memakai jam tangan untuk melacak detak jantung saya dan begitu detak jantung saya berada di angka yang baik, saya mulai angkat beban,” katanya.
“Saya juga bergabung dengan Life Time (gym) dan telah belajar banyak. Ini bukan tentang angkat beban, tetapi tentang mobilitas, belajar bagaimana melakukan peregangan agar kita tetap sehat,” ujar dia.
Musim panas lalu, ia menyelesaikan triathlon pertamanya.
“Ini adalah triathlon super sprint, berenang 400 meter, bersepeda 9,6 km, lari 2,4 km. Saya juga berlatih dan akhirnya menyelesaikannya dalam waktu kurang dari satu jam,” tuturnya.
Sama seperti pola makannya, Bayarsaikhan mengatakan bahwa ia fokus untuk menambahkan kebugaran ke dalam rutinitasnya dengan cara yang dapat dipertahankan untuk jangka panjang, bukan hanya untuk jangka pendek.
Perubahan lebih dari sekadar fisik
Setelah berhasil menurunkan berat badannya, Bayarsaikhan pun merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ia merasa telah berubah menjadi orang lain dan orang-orang di sekitarnya juga menyadarinya.
Beberapa perubahan yang ia rasakan dari penurunan berat badannya meliputi:
• Daya ingat yang lebih baik.
“Saya merasa bisa mengingat hal-hal seperti pekerjaan rumah atau mengingat apa yang seharusnya saya lakukan, karena saya sering lupa apa yang saya lakukan di tengah-tengahnya,” katanya.
• Peningkatan produktivitas di tempat kerja.
• Menjadi ayah yang lebih baik.
Kebiasaan sehatnya menular ke keluarganya. “Ini membantu saya dengan anak-anak saya,” terangnya.
“Mereka menolak mengonsumsi makanan cepat saji hari ini, padahal sebelumnya tidak demikian,” lanjut dia.
Bahkan, ia juga sudah bisa menemani kedua anaknya yang berusia 5 dan 9 tahun tanpa rasa kelelahan seperti sebelumnya.
Saat ini, Bayarsaikhan berbobot 122 kg dan ingin mencapai target berat badan 113 kg.
Ia juga sedang berlatih untuk triathlon lainnya.
“Saya ingin mendorong diri saya lebih keras lagi, jadi sekarang saya mendaftar untuk lomba lari 51,4 km. Itu akan diadakan pada bulan Agustus, jadi saya berlatih sekarang,” tuturnya.
Bayarsaikhan juga menambahkan bahwa ia ingin fokus pada transformasi mentalnya.
Ia pun ingin menjadi pelatih pribadi di masa depan, tetapi fokus pada kesehatan mental orang-orang yang menurunkan berat badan.
“Sangat menantang secara mental untuk masuk ke dalam permainan menurunkan berat badan dan mengambil langkah pertama,” ujarnya.
“Bila ada orang di luar sana yang ingin menurunkan berat badan, mereka harus benar-benar menginginkannya dan apakah mereka juga sudah punya sistem pendukung atau belum,” imbuh dia.