Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bersumpah negaranya tidak akan pernah lagi berperang pada saat menyampaikan sambutan dalam peringatan menyerahnya Jepang pada Perang Dunia II.
Hal itu diutarakannya ketika anggota kabinetnya mengunjungi sebuah kuil untuk menghormati para korban perang, yang membuat marah Korea Selatan dan China.
Janji Kishida itu disampaikan pada upacara peringatan nasional hari Senin (15/8), yang dihadiri oleh Kaisar Jepang dan 592 anggota keluarga korban perang.
“Kita tidak akan pernah lagi mengulangi kengerian perang. Saya akan terus mengupayakan sumpah ini. Di dunia di mana konflik masih belum mereda, Jepang, di bawah panji pasifisme proaktif, akan melakukan yang terbaik untuk bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi dunia,” ungkap Kishida.
Peringatan penyerahan Jepang pada PDII biasanya ditandai dengan kunjungan ke Kuil Yasukuni di Tokyo.
Kunjungan itu dipandang oleh Korea Selatan dan China sebagai simbol militerisme masa lalu Jepang.
Kunjungan oleh para pemimpin Jepang itu membuat marah negara-negara tetangga yang menderita di tangan pemerintah Jepang sebelum dan selama PDII.
Di antara kuil lainnya, Yasukuni dibangun untuk menghormati 14 pemimpin perang Jepang yang dihukum sebagai penjahat perang.
Kishida mencoba untuk menyeimbangkan tindakannya; di satu sisi berharap agar tidak membuat jengkel negara-negara tetangga; di sisi lain ia mencoba membuat senang sayap konservatif Partai Liberal Demokratnya.
Menurut kantor berita Jepang Kyodo, Kishida mengirimkan persembahan ke kuil itu tanpa mengunjunginya, seperti yang ia lakukan juga pada beberapa festival baru-baru ini.
Akan tetapi, tidak seperti pendahulunya Yoshihide Suga, dan mendiang Shinzo Abe pada 2020, Kishida membuat referensi miring pada tindakan Jepang di masa perang, dengan mengatakan bahwa “pelajaran dari sejarah sangat terukir dalam di hati kita.”
Terlepas dari itu, Korea Selatan dan China mengecam kunjungan ke kuil itu.
Salah seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan bahwa pemerintah Korsel “mendesak orang-orang Jepang yang bertanggung jawab untuk menghadapi sejarah dan menunjukkan cerminan yang rendah hati dan tulus akan masa lalu melalui tindakan mereka.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan bahwa kunjungan para menteri Jepang ke kuil itu “mencerminkan sikap salah Jepang terhadap masalah sejarah.”
Hubungan Jepang dengan China sudah cukup tegang setelah China melakukan latihan militer yang belum pernah dilakukan sebelumnya di sekitar Taiwan menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi bulan ini.
Dalam latihan itu, beberapa rudal yang diluncurkan militer China mendarat di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Jepang. [rd/lt]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.