redaksiharian.com – Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran mobil listrik dan digolongkan menjadi dua kategori, yakni kesalahan pengguna dan teknis.

Randall Hart, Direktur PT Hartindo Chemitama Industri sekaligus pakar baterai EV menjelaskan, kendala itu sejatinya terjadi karena dua faktor, yakni perkembangan teknologi kendaraan listrik berbasis baterai ( KLBB ) yang terbilang masih belia, serta sosialisasi kepada pengguna yang masih rendah.

Sejatinya, dua kendala ini bisa berkurang seiring berjalannya waktu, di mana masyarakat jauh lebih paham terhadap pemakaian EV dan teknologi kendaraan listrik semakin meningkat.

“Untuk saat ini, yang paling sering dijumpai adalah karena human error dan technical error. Jadi memang edukasi harus selalu dilakukan supaya masyarakat paham,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).

Menurut Randall, berikut adalah 3 kendala yang bisa memicu kebakaran mobil listrik.

1. Kerusakan mekanis pada struktur baterai.

Kendala pertama adalah kerusakan pada baterai kendaraan listrik . Hal ini bisa dipicu oleh beberapa faktor, yakni minimnya perawatan atau terjadi kecelakaan yang tidak disadari.

“Misalnya terjadi tabrakan atau guncangan keras yang menganggu struktur baterai mobil listrik , ada potensi terjadinya short circuit (korsleting) yang bisa menyulut api,” kata Randall.

Hal ini berkaitan erat dengan situasi keselamatan. Jika pengguna mobil listrik mengalami kecelakaan di jalan umum, sekalipun hal itu tidak parah, Randall mengimbau untuk menghubungi pihak berwajib dan segera memeriksakan mobil di bengkel.

“Kita tidak tahu apakah baterai terdampak atau tidak, jadi setelah kecelakaan sebaiknya langsung matikan mobil dan hubungi pihak berwajib,” ucap dia.

2. Overcharging dan overheating akibat pengecasan yang tidak sempurna

Kendala kedua terjadi pada saat pengisian daya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, yaitu kecacatan pada baterai atau ada kesalahan pada stasiun pengecasan.

Normalnya, baterai mobil listrik sudah dilengkapi pengaman bernama battery management system (BMS).

Komponen ini bertugas mencegah terjadinya overcharge (pengisian berlebih) dan overdischarge (pengeluaran berlebih) pada daya listrik.

“Kalau BMS mobil rusak dan tidak terdeteksi, bisa berbahaya. Kurang lebih seperti handphone yang dicas terus menerus tanpa henti, baterai bisa kepanasan dan akhirnya terbakar,” ucap Randall.

3. Banjir atau cuaca hujan ekstrim

Kendala terakhir dianggap sebagai force majeure alias akibat lingkungan, di mana mobil listrik yang terekspos terus menerus terhadap air akan mengalami penurunan kualitas.

Menurut Randall, air adalah musuh alami baterai, dan secanggih apapun teknologi yang dihadirkan, sejauh ini belum bisa membuat baterai kebal seutuhnya terhadap air.

“Baterai komposisi utamanya adalah logam, dan logam-logam itu cukup reaktif dengan air karena bisa teroksidasi, berkarat, dan rusak,” kata dia.

Menyikapi hal ini, pengguna mobil listrik dianjurkan cerdas dalam bertindak, khususnya ketika menghadapi jalan yang terendam banjir. Sebaiknya tidak menerobos dan mencari alternatif jalan yang lain.