Kelompok Dana Kesejahteraan Komunitas Chiedza di distrik Mutasa, Zimbabwe, mulai menjahit pembalut-pembalut yang dapat dipakai ulang sewaktu Gladys Mukaratirwa, pendiri komunitas tersebut menyadari bahwa murid-murid perempuan setempat bolos sekolah setiap datang bulan karena mereka tidak mampu membeli pembalut sekali pakai.
Mukaratirwa mengatakan, “Kami membayar uang sekolah murid-murid perempuan, remaja perempuan di sekolah menengah. Anak-anak perempuan itu bolos dua hingga lima hari setiap bulannya. Hal ini mengkhawatirkan kami dan nilai rapor mereka juga buruk. Jika Anda menghitung dua hingga lima hari setiap bulan, itu berarti sekitar 45 hari yang terbuang dalam satu tahun ajaran sekolah. Jadi kami menyadari bahwa ada kebutuhan bagi mereka untuk memiliki pembalut yang dapat dipakai ulang.”
Pembalut-pembalut tersebut dirancang dan diproduksi dengan seksama menggunakan bahan kain dan flanel supaya ringan serta mudah dicuci dan dikeringkan.
Mukaratirwa menambahkan, “Pembalut ini dapat digunakan, dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari. Sinar matahari cukup kuat untuk mensterilkan pembalut-pembalut tersebut. Setiap mikroorganisme berbahaya apa pun dapat dihancurkan oleh sinar matahari sehingga pembalut-pembalut itu dapat digunakan kembali.”
Sebagai seorang mantan guru, Mukaratirwa yang berusia 60 tahun telah mendedikasikan hidupnya untuk memberdayakan dan mengajarkan berbagai keterampilan bagi remaja perempuan di desanya agar mereka dapat memperoleh penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka.
Kelompok yang dikelola para sukarelawan perempuan itu menjual pembalut-pembalut tersebut dengan harga murah ke warga setempat dan badan-badan amal di seluruh Zimbabwe untuk didistribusikan bagi murid-murid perempuan dan perempuan-perempuan muda yang kurang mampu.
Lee Chisuko, seorang mahasiswi mengatakan,” Pembalut ini sangat murah. Anda dapat memakainya selama setahun enam bulan dengan harga empat dolar untuk satu pak berisi lima pembalut. Ini artinya Anda tidak perlu khawatir untuk membeli pembalut selama setahun.” Kelompok itu membuat sekitar 600 pembalut pakai ulang setiap hari. [lj/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.