redaksiharian.com – Tidak banyak yang menyadari bahwa Perpustakaan Nasional ( Perpusnas ) Republik Indonesia merupakan perpustakaan tertinggi di dunia.
Dikutip dari laman (3/9/2018), gedung Perpusnas menjulang setinggi 126,3 meter. Terdiri 27 lantai dengan tiga lantai berada di ruang bawah tanah.
“Benar, kita (Perpusnas) tertinggi di dunia,” kata salah satu petugas Perpusnas Amsani saat ditemui oleh Kompas.com di lokasi, Kamis (25/5/2023).
Jika tiga lantai Perpusnas berada di bawah tanah, maka lantai 24 menjadi lantai tertinggi dari bangunan ini.
Naik ke lantai tertinggi Perpusnas
Perpusnas seperti hari biasa atau saat hari kerja, ramai dikunjungi oleh pengunjung, terutama saat pagi hari.
Ini terbukti saat Kompas.com datang sekitar pukul 10.00 WIB, lemari penitipan barang dan tas khusus barang bawaan pengunjung sudah penuh.
Alhasil Kompas.com memutuskan membawa barang bawaan masuk ke Perpusnas. Untuk menuju lantai 24, pengunjung bisa menaiki lift khusus pengunjung yang berada di sebelah kanan dari pintu masuk.
Sebelum ke lantai 24, Kompas.com memutuskan mampir ke lantai 2 terlebih dahulu untuk membuat kartu anggota Perpusnas sebagai akses nantinya.
Proses pembuatan kartu anggota Perpusnas hari itu termasuk cepat, cukup mengisi data diri di komputer yang telah disediakan. Setelah itu melakukan sesi foto, dan lima menit kemudian kartu anggota Perpusnas sudah ada di tangan.
Tidak menunggu waktu lama, Kompas.com langsung naik ke lantai 24 Perpusnas. Sebagai lantai tertinggi, Perpusnas juga punya executive lounge yang bebas diakses oleh setiap pengunjung yang punya kartu anggota.
Mulanya, Kompas.com diminta untuk menitipkan kartu anggota di meja petugas. Setelah itu lanjut masuk ke executive lounge yang ada di sebelah kiri dari pintu masuk.
Lantai 24 Perpusnas
Saat masuk executive lounge, ruangan terasa tenang. Beberapa pengunjung tampak sedang sibuk dengan laptop dan buku. Ada juga yang duduk santai memandangi jendela. Bahkan, ada pengunjung yang sampai tertidur di kursi pengunjung.
Dari pantauan Kompas.com di lokasi, spot yang paling diminati oleh pengunjung yakni deretan sofa yang langsung menghadap ke jendela.
Selain mendapat pemandangan jendela, sofa di spot ini cukup nyaman, ditambah ada laci khusus barang dan ada colokan di dekat sofa.
Mendekat ke arah balkon, Kompas.com mencoba melihat pemandangan dari ketinggian. Siang itu matahari cukup terik, langit Jakarta nampak penuh debu, dan pemandangan Monumen Nasional (Monas) nampak jelas.
Namun karena matahari terasa terik dan pemandangan tampak silau, Kompas.com memutuskan kembali ke dalam ruangan.
Memang diakui, pemandangan spot duduk dekat jendela di executive lounge ini banyak diincar oleh pengunjung Perpusnas. Salah satunya yaitu pengunjung Perpusnas asal Priuk Della.
Della menuturkan dirinya sengaja datang ke Perpusnas untuk bekerja dengan pemandangan Monas dari ketinggian.
“Saya dari pagi berangkat dari rumah, ke sini mau kerja sambil lihat pemandangan juga,” kata Della saat ditemui oleh Kompas.com di lokasi, Kamis (25/5/2023).
Sekitar pukul 14.00 WIB, executive lounge Perpusnas kedatangan pengunjung dari grup sekolah. Berdasarkan informasi dari Amsani, grup tersebut berasal dari Sekolah Amanah Bunda.
“Ini kedatangan rombongan dari Amanah Bunda, totalnya sekitar 65 orang,” kata Amsani.
Ia menambahkan, sebagian besar pengunjung Perpusnas memang sengaja datang ke lantai 24 karena ingin melihat pemandangan.
Mengingat cuaca sedang terik, Amsani menyarankan Kompas.com melihat pemandangan pada malam hari.
Pemandangan Monas pada malam hari
Usai melaksanakan shalat Magrib di lantai 19, Kompas.com kembali naik ke lantai 24 untuk melihat pemandangan pada malam hari.
Sekitar pukul 19.00 WIB, beberapa pengunjung mulai keluar ruangan dan menghampiri area balkon lantai 24. Sebagian pengunjung nampak mengabadikan momen dan duduk santai sembari melihat pemandangan.
Benar kata Amsani, pemandangan Kota Jakarta tampak lebih bagus pada malam hari. Dari lantai atas, pengunjung bisa melihat kerlap kerlip lampu Monas dan lampu jalanan Kota Jakarta.
Angin malam terasa berembus lebih kuat dari ketinggian. Pengunjung yang tidak kuat dengan dinginnya angin malam bisa membawa baju hangat untuk jaga-jaga.
Sekitar pukul 20.00 WIB pengunjung balkon lantai 24 mulai sepi, oleh karena itu Kompas.com memutuskan untuk kembali pulang.