RedaksiHarian – Kiprah Megawati Hangestri Pertiwi di Liga Voli Korea bersama Daejeon JungKwanJang Red Sparks menjadi bukti bahwa voli putri Indonesia memiliki potensi.
Datang sebagai debutan dan menempati posisi yang umumnya dihuni pemain asing non-Asia, Megawati nyatanya mampu memberi dampak bagi timnya.
Posisi Mega hampir tidak tergantikan. Tak hanya memimpin perolehan poin di tim Red Sparks, dia bahkan sempat terpilih menjadi pemain terbaik pada putaran pertama.
Megawati pun berpeluang mencatat raihan penting karena turut membawa Red Sparks berada dalam posisi nyaman untuk lolos ke playoff Liga Voli Korea lagi setelah tujuh tahun lamanya.
Tentunya, jejak Mega ini diharapkan bisa diikuti rekan-rekan senegaranya demi prestasi timnas voli putri yang lebih baik ke depannya.
Di kawasan regional timnas putri Indonesia memang masih kesusahan.
Wajar, negara tetangga yaitu Thailand sudah malang melintang di kompetisi kelas dunia yaitu Volleyball Nations League. Selain itu, ada Vietnam yang sulit dikalahkan.
Terakhir kali Indonesia mendapat emas dari nomor voli putri di SEA Games adalah saat edisi 1983 di Singapura. Itu lebih dari 40 tahun yang lalu.
Megawati sendiri telah memperkuat timnas putri di SEA Games sejak 2017 dengan raihan perak dalam debutnya. Adapun tahun lalu dia harus puas dengan perunggu.
Saat ditanya tentang harapan untuk bisa merebut medali emas di SEA Games, Megawati jelas menyimpan ambisi ini.
Namun, kurangnya perhatian terhadap timnas voli putri menjadi keresahannya.
Megawati menjabarkannya dalam obrolan selama sekitar 2 menit bersama SPOTV Indonesia (pembahasan tentang harapan untuk timnas putri dimulai pada menit 4:17 hingga 6:28).
“Pasti. Dari dulu targetnya juga emas,” kata Megawati.
“Cuma ya kalau pemerintahnya sendiri mengizinkan tim bola voli putri (mengikuti) banyak ajang di luar negeri mungkin kita bisa mengimbangi negara-negara yang lain.”
“Toh dari tahun lalu kami gak ada tryout sama sekali, nyatanya gak ada, hampir gak ada, mungkin karena kami kalah di pengalaman.”
“Jadi kami gak bisa mengasah bakat kita akhirnya kan jadi kayak gak ada, pengalaman untuk bertemu dengan negara-negara lain. Jadi kayak stuck (berhenti) di situ-situ aja. Menurut aku kayak gitu.”
Pil pahit utamanya ditelan timnas voli putri saat tidak diberangkatkan ke Asian Games 2022 di Hangzhou, China, pada September tahun lalu.
Padahal, Megawati dkk. telah menunjukkan potensi dalam turnamen-turnamen internasional yang mereka ikuti sebelum itu.
Selain perunggu di SEA Games Kamboja 2023, timnas putri menjadi runner-up AVC Challenge Cup 2023 yang merupakan kualifikasi tingkat benua untuk menuju VNL.
Megawati sendiri terpilih menjadi opposite terbaik di AVC Challenge Cup 2023 walau harus puas dengan raihan runner-up setelah Indonesia tumbang 2-3 dari Vietnam di final.
Meski begitu, hasil ini telah melampaui target yang diberikan yaitu semifinal.
Manajer Timnas Voli, Loudry Maspaitella, saat itu berharap hasil runner-up di Challenge Cup bisa meyakinkan pemerintah untuk mengirim timnas putri ke Asian Games 2022.
“Pertama, peluang untuk mengikuti kejuaraan internasional sangat minim. Dengan adanya Asian Games itu nambah,” ujar Loudry, dilansir dari Kompas TV.
“Kedua, kalau sudah tidak ada kejuaraan internasional, bagaimana kita memilih pemain yang akan ke SEA Games.”
“Tiba-tiba munculnya itu-itu lagi. Kenapa? Karena tidak ada (kesempatan bertanding di) pertandingan internasional sebelumnya.”
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Dito Ariotedjo, juga menyebut Challenge Cup sebagai tolok ukur potensi timnas putri untuk diberangkatkan ke Asian Games 2022.
“Insyallah kalau kalian semua bisa juara, maka memiliki peluang untuk bermain di Asian Games,” ucap Dito kepada para pemain sebelum pertandingan pertama.
Ironisnya, timnas putri kemudian hanya mendapat janji kosong.
Saat Menpora Dito kemudian mengklaim timnas putri ikut Asian Games 2022 dalam acara pelantikan pengurus PBVSI pada 15 Agustus 2023, drawing untuk cabor voli sudah selesai.
Ada nama Indonesia? Tidak. Hanya di nomor voli putra. Saat para Srikandi Tanah Air absen, tim putri Vietnam dan Thailand bertemu di pertandingan perebutan medali perunggu.
SEA Games, AVC Challenge Cup, dan SEA V-League pada akhirnya menjadi ajang internasional yang diikuti oleh timnas putri sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, timnas putra bertanding lebih sering. Selain tiga event di atas, mereka juga mentas di Kejuaraan Asia 2023 dan Asian Games 2023.
Timnas putri sebenarnya bisa tampil di Kejuaraan Asia 2023 karena menembus peringkat 10 besar di edisi sebelumnya. Lagi-lagi, Mega dkk. tidak diberangkatkan.
Timnas putri pun kembali dianaktirikan saat PBVSI mengajukan diri sebagai tuan rumah untuk Kejuaraan Dunia Bola Voli 2025.
Soal prestasi, timnas putra memang lebih mentereng berkat kesuksesan meraih 3 medali emas beruntun di SEA Games.
Sudah khatam di ASEAN, Asia dan dunia menjadi tujuan tim putra. Adapun tim putri masih berkutat di ASEAN walau dengan kondisi lawan yang sudah satu-dua langkah di depan.
Megawati pun tidak menampik prestasi timnas putra. Meski begitu, dia berharap dukungan lebih besar juga bagi timnas putri.
“Mungkin ke depannya untuk pemerintah ya, mohonlah agar dilirik,” harap Megawati.
“Maksudnya, kami tuh punya potensi sebenarnya. (Pebola voli) cowok juga punya tapi cewek sebenarnya juga punya kalau kita mau, kayak gitu. Berharap kayak gitu.”
“Kita di Asia Tenggara itu, menurut Mega, sih sama cuma ya itu, pengalamannya mereka banyak. Apalagi selain Thailand ada Vietnam, pesaing Indonesia yang berat.”
“Mungkin (urutan kekuatannya, red) Thailand, Vietnam, Indonesia. Indonesia masih di rank ketiga kan. Tapi sebenarnya kalau banyak pengalaman kita bisa kok.”
“Kayak, sama sebenarnya karena voli kan main teamwork, apalagi kalau kita sering ketemu, sering tryout, main bareng, kita bisa kok.”
“Bisa karena kita main tim, bukan individu,” pungkasnya.