RedaksiHarian – Megawati Hangestri Pertiwi tidak mengira bahwa keputusan untuk mengadu nasib di Negeri Ginseng dapat membawanya ke level yang lebih tinggi.
Penampilan impresif di negeri orang berhasil membuat Megawati menjadi salah satu pebola voli Indonesia yang paling banyak mendapatkan atensi saat ini.
Selain karena penampilannya yang unik dengan hija
Megawati Hangestri Pertiwi tidak mengira bahwa keputusan untuk mengadu nasib di Negeri Ginseng dapat membawanya ke level yang lebih tinggi.
Penampilan impresif di negeri orang berhasil membuat Megawati menjadi salah satu pebola voli Indonesia yang paling banyak mendapatkan atensi saat ini.
Selain karena penampilannya yang unik dengan hijab yang dikenakannya, Megawati mampu unjuk gigi hingga menjadi andalan di tim yang diperkuatnya yaitu Daejeon JungKwanJang Red Sparks.
Sinar Megawati bahkan segera terlihat setelah mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik alias Most Valuable Player (MVP) Liga Korea untuk putaran pertama.
Akan tetapi, semua itu barangkali tidak akan pernah terjadi apabila MVP Livoli Divisi Utama dua kali tersebut tidak melawan perasaan pesimistisnya.
Dalam video bincang-bincang dengan Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Seoul, Zelda Wulan Kartika, di kanal Youtube indonesianseoul, Megawati mengaku sempat ragu-ragu untuk berangkat.
Beruntung, atlet berusia 24 tahun tersebut mendapatkan dukungan dari ibundanya untuk berani membuat langkah.
Sebagaimana kalimat legenda tinju Muhammad Ali, jangan pernah takut mengambil langkah pertama karena orang terhebat pun pernah menjadi pemula.
“Kata Mama berangkat aja,” ucap Megawati.
“Awalnya kayak, gak berangkat deh karena lama gitu kan. Awalnya juga pesimis kayak, bisa gak ya bersaing, ternyata alhamdulillah bisa karena doa Mama.”
Liga Voli Korea memang menjadi kompetisi bola voli terlama yang diikuti Megawati.
Sudah tiba untuk persiapan pramusim sejak bulan Juli kemarin, Mega setidaknya akan bertanding hingga bulan Maret mendatang.
Kiprah Megawati di Korea bisa lebih lama satu bulan apabila JungKwanJang Red Sparks berhasil menembus babak play-off.
Selain itu, kekhawatiran Megawati datang karena tantangan yang akan dihadapinya sebagai kaum minoritas di Korea Selatan.
Sorotan pertama publik Negeri Ginseng terhadap Megawati bahkan tertuju kepada hijab yang dikenakannya.
Pasalnya, Megawati menjadi pebola voli putri pertama yang bertanding di Liga Korea dengan memakai kerudung.
Akan tetapi, semangat juang ditunjukkan Megawati untuk menjawab keraguan publik bahwa hijab yang dikenakan akan mengganggu permainannya.
“Sebelum V-League dimulai, saat interviu Mega selalu bilang akan menampilkan yang terbaik dan Mega membuktikannya di pertandingan pertama,” ujar Megawati.
Megawati langsung diganjar gelar pemain terbaik dalam pertandingan saat membawa Red Sparks menang 3-0 atas Hwaseong IBK Altos.
Dalam pertandingan debutnya Mega mencetak poin terbanyak dengan 21 angka. Sejak saat itu posisinya sebagai opposite utama nyaris tak tergantikan.
“Akhirnya warga Korea dan seluruh yang nonton (berpikir) oh iya, berarti dia bisa,” kata Megawati melanjutkan.
Mega berharap kiprahnya di Liga Korea bisa menginspirasi pebola voli lainnya untuk menjajal kemampuan mereka di negeri orang.
Pun soal perbedaan kultur dan budaya, Megawati telah membuktikan bahwa itu semua bisa dijalani.
“Misalnya kalian berbeda kayak saya, yang berhijab dan orang berhijab pertama yang bermain di Korea, jangan merasa berkecil hati, tapi merasa bangga karena terlihat berbeda.”
“Terus tetap semangat juga,” pesannya.
b yang dikenakannya, Megawati mampu unjuk gigi hingga menjadi andalan di tim yang diperkuatnya yaitu Daejeon JungKwanJang Red Sparks.
Sinar Megawati bahkan segera terlihat setelah mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik alias Most Valuable Player (MVP) Liga Korea untuk putaran pertama.
Akan tetapi, semua itu barangkali tidak akan pernah terjadi apabila MVP Livoli Divisi Utama dua kali tersebut tidak melawan perasaan pesimistisnya.
Dalam video bincang-bincang dengan Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Seoul, Zelda Wulan Kartika, di kanal Youtube indonesianseoul, Megawati mengaku sempat ragu-ragu untuk berangkat.
Beruntung, atlet berusia 24 tahun tersebut mendapatkan dukungan dari ibundanya untuk berani membuat langkah.
Sebagaimana kalimat legenda tinju Muhammad Ali, jangan pernah takut mengambil langkah pertama karena orang terhebat pun pernah menjadi pemula.
“Kata Mama berangkat aja,” ucap Megawati.
“Awalnya kayak, gak berangkat deh karena lama gitu kan. Awalnya juga pesimis kayak, bisa gak ya bersaing, ternyata alhamdulillah bisa karena doa Mama.”
Liga Voli Korea memang menjadi kompetisi bola voli terlama yang diikuti Megawati.
Sudah tiba untuk persiapan pramusim sejak bulan Juli kemarin, Mega, yang terpilih di urutan ketiga dalam draft pemain Asia, setidaknya akan bertanding hingga bulan Maret nanti.
Kiprah Megawati di Korea bisa lebih lama satu bulan apabila JungKwanJang Red Sparks berhasil menembus babak play-off. Artinya, sembilan bulan dia berjuang di Korea.
Selain itu, kekhawatiran Megawati datang karena tantangan yang akan dihadapinya sebagai kaum minoritas di Korea Selatan.
Sorotan pertama publik Negeri Ginseng terhadap Megawati bahkan tertuju kepada hijab yang dikenakannya.
Pasalnya, Megawati menjadi pebola voli putri pertama yang bertanding di Liga Korea dengan memakai kerudung.
Akan tetapi, semangat juang ditunjukkan Megawati untuk menjawab keraguan publik bahwa hijab yang dikenakan akan mengganggu permainannya.
“Sebelum V-League dimulai, saat interviu Mega selalu bilang akan menampilkan yang terbaik dan Mega membuktikannya di pertandingan pertama,” ujar Megawati.
Megawati langsung diganjar gelar pemain terbaik dalam pertandingan saat membawa Red Sparks menang 3-0 atas Hwaseong IBK Altos.
Dalam pertandingan debutnya Mega mencetak poin terbanyak dengan 21 angka. Sejak saat itu posisinya sebagai opposite utama nyaris tak tergantikan.
“Akhirnya warga Korea dan seluruh yang nonton (berpikir) oh iya, berarti dia bisa,” kata Megawati melanjutkan.
Mega berharap kiprahnya di Liga Korea bisa menginspirasi pebola voli lainnya untuk menjajal kemampuan mereka di negeri orang.
Pun soal perbedaan kultur dan budaya, Megawati telah membuktikan bahwa itu semua bisa dijalani.
“Misalnya kalian berbeda kayak saya, yang berhijab dan orang berhijab pertama yang bermain di Korea, jangan merasa berkecil hati, tapi merasa bangga karena terlihat berbeda.”
“Terus tetap semangat juga,” pesannya.