2 menit

Penembak misterius (petrus) di masa Orde Baru menjadi catatan kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa tersebut terekam kuat dalam memori masyarakat Indonesia, khususnya mereka para korban petrus yang selamat.

Peristiwa petrus tercatat sebagai salah satu kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia yang terjadi di bawah pemerintahan Soeharto, tepatnya dalam kurun waktu 1983-1985.

Hanya dalam kurun waktu 3 tahun, operasi pemberantasan orang-orang yang diduga ‘gali’ atau preman itu diketahui menelan korban sebanyak 10 ribu jiwa.

Data tersebut dikutip dari jurnal penelitian David Bourchier dengan judul Crime, Law, and State Authority in Indonesia yang terbit pada 1990.

Nyawa yang melayang di tangan petrus benar-benar tidak main jumlahnya, tapi ada beberapa orang yang juga berhasil selamat.

Salah satu korban petrus yang selamat adalah Trimurjo alias Kentus. Di masa-masa itu, hidupnya diselimuti ketakutan akan petrus.

Melansir dari tempo.co, berikut ini pengakuan Kentus sebagai korban petrus yang selamat!

Kisah Kentus, Korban Petrus yang Selamat

kentus korban petrus

sumber: tempo.co

Penderitaan Kentus

Di masa-masa itu, Kentus mengaku hidupnya sangat menderita akibat operasi petrus yang mengancam hidupnya.

Siapa saja yang dianggap preman, maka bisa dipastikan akan diburu dan ditembak secara misterius.

Hal itu pun dialami orang-orang yang berada di sekitarnya, mereka tewas di tangan petrus.

Ada Wahyo, Tetuko, Kojur, Slamet Gajah, Slamet Gaplek, Polimron, Peno dan Bandi Ponyol.

Teman-temannya Jadi Korban

Di akhir tahun 1982, saat Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) sedang ramai-ramainya, saat itu pula tengah musim kampanye.

Kentus disuruh mengawal Golkar menjadi semacam satuan tugas (satgas).

“Lalu ada teman saya, namanya Wahyo, ditembak di lokalisasi SG (Sanggrahan),” kata Kentus.

 Ia tak tahu kenapa temannya ditembak dan bahkan pelakunya pun tak diketahui.

Setelah Wahyo tewas ditembak, beberapa temannya juga ikut menyusul menjadi korban.

Salah satunya Iren, ia diberondong peluru di depan anak dan istrinya.

Dulu, Kentus memang hidup di jalanan, tapi ia tak pernah memeras atau bahkan mencuri—hanya sering berkelahi saja.

Kentus Jadi Target Petrus

Bukan hanya teman-temannya saja yang jadi target, tapi Kentus juga tak luput dicari aparat.

“Saat saya di SMA Bhinneka, tahu-tahu saya dicari oleh tiga orang, aparat semua. Satu saya kenal sebagai polisi dengan pakaian preman,” tutur Kentus.

Waktu itu, Kentus bekerja sebagai penjaga keamanan di SMA Bhinneka yang berlokasi di belakang Pasar Kranggan, Yogyakarta.

Ditahan dan Diinterogasi

Kentus bersama dua temannya sempat meminta perlindungan dari LBH di Jakarta dan ia menginap sampai seminggu.

Hal tersebut kemudian diketahui oleh M. Hasbi yang saat itu menjabat sebagai OPK Dandim Yogyakarta.

LBH kemudian ditelepon untuk menyerahkan mereka bertiga, tapi tidak mau; kecuali ada surat jaminan hidup.

Hasbi kemudian mengeluarkan surat jaminan hidup, lantas mereka dipulangkan ke Yogyakarta.

Setelah dipulangkan, Kentus sempat hidup satu minggu di dalam sel dengan tembok penuh bekas darah.

Meski ditahan, pintu sel Kentus tidak pernah dikunci dan ia tidak mendapat siksaan.

***

Semoga bermanfaat, Property People.

Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Nuansa Alam Setiabudi Clove!

Artikel ini bersumber dari www.99.co.