Harga minyak, upaya menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dan stabilitas di kawasan adalah beberapa prioritas Presiden Joe Biden dalam lawatannya ke Timur Tengah. Tetapi organisasi HAM mengatakan pembunuhan wartawan Washington Post Jamal Khashoggi dan wartawan Amerika-Palestina Shireen Abu Akleh seharusnya juga ditangani.
Presiden Joe Biden hari Rabu (13/7) mendarat di Tel Aviv, mengawali perjalanan empat hari ke Timur Tengah. Ia akan bertemu para pemimpin Israel dan Palestina, sebelum kemudian terbang langsung ke Arab Saudi, yang pertama yang dilakukan seorang presiden Amerika.
Keamanan Israel dan kawasan merupakan fokus utama lawatan tersebut. Sebagian analis berharap lawatan Biden ke Timur Tengah dapat mengarah ke pemulihan hubungan Israel dan Kerajaan Arab Saudi.
Tetapi rencana pertemuan Biden, termasuk dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, memicu kecaman keras. Sebagian menyebut hal itu sebagai tamparan keras terhadap mereka yang menghargai hak asasi manusia.
Sekjen Amnesty International Agnes Callamard mengatakan, “Apa yang dilakukan Presiden Biden seakan mengisyaratkan bahwa hak asasi manusia itu murah dan dapat ditawar untuk berbagai dampak atau hasil. Dalam banyak hal, pertemuan itu menghancurkan visi yang disampaikan Biden pada Dunia setelah agresi Rusia ke Ukraina.”
Kunjungan ke Arab Saudi dinilai sebagai kemunduran dari janji Biden untuk menempatkan hak asasi manusia sebagai fokus utama kebijakan luar negeri Amerika, dan menjadikan Mohammed bin Salman sebagai “paria” di panggung internasional atas pembunuhan wartawan Washington Post Jamal Khashoggi pada Oktober 2018.
John Hursh, Direktur Program di Democracy for the Arab World Now (DAWN), organisasi nirlaba yang didirikan oleh Khashoggi sebelum kematiannya mengatakan, “Saya kira ini sangat mengecewakan bagi Arab Saudi, pembela HAM di Arab Saudi dan para pemimpin masyarakat sipil di sana. Saya kira ini sangat tidak bijaksana, baik secara strategis maupun sebagai keputusan kebijakan. Saya kira hal ini tidak menguntungkan Amerika.”
Baik Amerika, maupun PBB secara independen menemukan bukti bahwa Pangeran Mohammed bin Salman berada di balik pembunuhan Khashoggi. Klaim itu dibantah Pangan Salman.
Tantangan lain adalah pembunuhan wartawan Amerika keturunan Palestina Shireen Abu Akleh dalam serangan Israel di Tepi Barat, 11 Mei lalu. Keluarganya menuntut untuk dapat bertemu Biden di Yerusalem.
Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan kemungkinan peluru Israel bertanggungjawab atas kematiannya, tetapi tidak dapat memastikan apakah penembakan itu disengaja atau tidak.
Pakar Timur Tengah di Rice University, Kristian Ulrichsen, mengatakan, “Pemerintah, baik pemerintah Trump dan terutama Biden, terus menekan Arab Saudi untuk melakukan penyelidikan internasional. Tampaknya dorongan untuk melakukan penyelidikan bagi kematian Shireen Abu Akleh jauh lebih sedikit.”
Menjelang kedatangan Biden ke Israel, Gedung Putih mengatakan keluarga wartawan itu telah diundang ke Amerika untuk “berinteraksi langsung” dengan presiden.
Para pakar mengatakan lawatan pertama Biden ke Timur Tengah sebagai presiden tampaknya akan sulit, karena kelompok-kelompok HAM mengawasi dengan seksama apapun yang dilakukan Biden. [em/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.