redaksiharian.com – Di era smartphone dan internet, kecepatan dan kemudahan pembayaran digital memiliki daya tarik yang lebih besar, baik itu melalui dompet digital, QR, hingga kartu kredit contactless. Faktor-faktor ini juga menyebabkan penurunan penggunaan uang tunai paska-pandemi, sementara pembayaran digital meningkat pesat.

Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman mengatakan, dampak dari pandemi mengubah berbagai kebiasaan masyarakat, termasuk kebiasaan untuk tidak membawa banyak uang tunai dan menggunakan pembayaran digital. Hal ini mempercepat kesiapan Indonesia menuju cashless society.

“Alasan mengurangi uang tunai termasuk 56 persen merasa kurang aman karena bisa jatuh atau dicuri, 53 persen lebih sering menggunakan pembayaran contactless seperti dompet digital atau kartu contactless,” kata Riko secara virtual, Jumat (9/6/2023).

Riko melanjutkan, 48 persen merasa kurang aman karena bisa menyebarkan infeksi, 47 persen merasa tidak perlu membawa banyak karena gampang menarik uang, 44 persen merasa membawa uang tunai merepotkan dan sudah banyak yang menyediakan pembayaran cashless.

Menurut dia, masyarakat Indonesia masih menggunakan tunai, tetapi tingkat penggunaannya menurun dari 87 persen di 2021 menjadi 84 persen di 2022. Yang paling melesat naik adalah pembayaran dari aplikasi atau in-app payment, dari hanya 45 persen di 2021 menjadi 80 persen di 2022.

Disusul oleh pembayaran QR payment yang naik dari 50 persen di 2021 menjadi 62 persen di 2022. Untuk pembayaran menggunakan kartu, metode gesek masih yang paling banyak digunakan pada 59 persen, disusul oleh kartu kredit atau debit online pada 55 persen.

Untuk kartu contactless sendiri, penggunaannya meningkat setiap tahun, dari 31 persen di 2020, 33 persen di 2021 dan di tahun 2022 berada di 34 persen. Riko menjelaskan, pembayaran dengan kartu contactless telah menjadi metode pembayaran yang marak di banyak negara di seluruh dunia.

Di lebih dari 20 negara, adopsi pembayaran kartu contactless mencapai lebih dari 90 persen dari semua transaksi tatap muka Visa.

“Yang menarik dari fitur contactless card Visa adalah pembayaran lebih praktis hanya dengan men-tap kartu selama 1-2 detik saja. Karena menggunakan NFC, jadi tidak tergantung dengan jaringan internet, sehingga bisa lebih cepat dan praktis,” tambah Riko.

Pembayaran menggunakan contactless card Visa sudah lama tersedia di Indonesia. Pada studi CPAS 2022 Visa, 1 dari 3 konsumen Indonesia pernah menggunakan contactless card, terutama milenial dan gen x, serta segmen affluent. Minat untuk menggunakan kartu contactless dari non-pengguna sendiri cukup besar, yaitu 84%.

Terkait dengan keamanan penggunaan pembayaran contactless, Visa memiliki fitur Visa Transaction Control. Pengguna dapat mengontrol penggunaan kartu, seperti pembatasan penggunaan visa di e-commerce, atau menonaktifkan di jam tertentu. Fitur ini merupakan bentuk komitmen dan Upaya Visa untuk selalu melindungi data pengguna.

Studi Visa juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia optimis bisa menjadi cashless society . Lebih dari 3 dari 5 responden memperkirakan Indonesia akan menjadi cashless society pada tahun 2030, bahkan bisa lebih cepat.

“Visa berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam digitalisasi pembayaran dan keuangan, tidak hanya dengan produk dan solusi kami, tetapi juga melalui best practices sharing, sehingga kita bisa segera menjadi cashless society sesuai dengan arahan pemerintah Indonesia, dan tidak tertinggal oleh negara-negara lain di dunia,” tutup Riko.