redaksiharian.com – Kerusuhan antaretnis pecah di negara bagian Manipur, India . Lebih dari 50 orang tewas dalam kerusuhan ini dan ratusan terluka.

Dilansir CNN dan Al Jazeera, Senin (8/5/2023) sejumlah pejabat rumah sakit ibu kota negara bagian Manipur, Kota Imphal, menuturkan bahwa sedikitnya 55 orang tewas. Sementara sebanyak 260 orang lainnya dirawat di rumah sakit sejak rentetan tindak kekerasan terjadi antara anggota kelompok etnis Kuki dan Meitei.

Dalam pernyataan terpisah, militer India menyebut 23.000 warga sipil melarikan diri dari bentrokan yang terjadi. Beberapa orang di antara mereka ditampung di pangkalan-pangkalan militer dan garnisun yang ada di negara bagian itu.

Kedua kelompok etnis itu terlibat bentrokan di jalanan kota Imphal dan di beberapa lokasi lainnya.

Menurut para pejabat di beberapa rumah sakit di kota Imphal, seperti Institut Ilmu Kedokteran Regional, Institut Ilmu Kedokteran Jawaharlal Nehru dan Rumah Sakit Distrik Churachandpur, luka tembak menjadi cedera paling umum di antara korban tindak kekerasan antaretnis itu.

“Sebagian besar pasien datang dengan luka tembak parah atau terkena pukulan di kepala dengan lathi (tongkat),” tutur Dr Mang Hatzow dari Rumah Sakit Distrik Churachandpur saat berbicara kepada CNN.

Sejumlah foto dan video yang ditayangkan televisi lokal menunjukkan kendaraan-kendaraan dan gedung-gedung terbakar, dengan asap hitam pekat menjulang ke udara dari jalanan setempat.

Tentara India telah dikerahkan ke jalanan untuk membantu meredakan situasi, sementara akses internet seluler dipadamkan selama lima hari.

Awal pekan ini, Gubernur negara bagian Manipur, Anusuiya Uikey, merilis perintah ‘tembak di tempat’ dalam upaya mengendalikan situasi.

Perintah tembak di tempat itu, menurut pernyataan dari Departemen Dalam Negeri Manipur, diberlakukan untuk ‘kasus-kasus ekstrem di mana semua bentuk bujukan, peringatan, kekerasan masuk akal, dan sebagainya telah dikerahkan’ dan situasi yang ‘tidak bisa dikendalikan’.

Simak penyebab kerusuhan pada halaman berikut.

Lihat juga Video: Perahu Terbalik di India, 21 Orang Tewas Tenggelam

Kerusuhan antaretnis mulai terjadi di Manipur pada Rabu (3/5) pekan lalu, setelah aksi protes yang digelar oleh kelompok etnis minoritas Kuki memicu bentrokan dengan kelompok etnis Meitei yang lebih mayoritas di negara bagian itu.

Bentrokan itu meluas hingga memicu kerusakan para pada kendaraan-kendaraan dan properti setempat.

Kelompok etnis Meitei merupakan komunitas mayoritas Hindu yang kebanyakan tinggal di ibu kota Imphal dan menyumbang lebih dari 50 persen penduduk negara bagian Manipur, yang total berpenduduk 3,5 juta jiwa menurut data sensus India tahun 2011.

Sedangkan kelompok etnis Naga dan Kuki merupakan dua kelompok suku minoritas yang sebagian besar beragama Kristen dan menyumbang sekitar 40 persen penduduk Manipur. Kelompok etnis ini memiliki status ‘Scheduled Tribe’ yang memberikan mereka hak kepemilikan tanah dan perbukitan dan hutan setempat.

Kebanyakan anggota kelompok etnis ini tinggal di area perbukitan Manipur. Sejumlah anggota kelompok etnis Meitei juga ada yang tinggal di area perbukitan, meskipun kebanyakan tinggal di dataran rendah Manipur.

Status ‘Scheduled Tribe’ diakui oleh konstitusi dan kelompok etnis maupun suku yang secara resmi untuk memegang status itu menikmati perlindungan tertentu.

“Ini merupakan tindakan afirmatif untuk memastikan komunitas terpinggirkan terwakili dan memberikan reservasi dan kuota di lembaga pendidikan dan pekerjaan pemerintahan,” jelas seorang jurnalis setempat, Arunabh Saikia, yang meliput wilayah tersebut.

“Kelompok Meitei mengklaim mereka terpinggirkan dibandingkan kelompok arus utama lainnya,” imbuhnya.

Awal kerusuhan antaretnis pecah di distrik Churachandpur yang banyak ditinggali anggota kelompok suku Kuki, ketika ada aksi memprotes tututan kelompok Meitei untuk juga ditetapkan berstatus ‘Scheduled Tribe’.

“Suku-suku meyakini pemberian status ‘Scheduled Tribe’ kepada Meitei akan menjadi pelanggaran hak mereka karena mereka mengklaim sebagai bagian populasi yang terpinggirkan, dan bukan Meitei,” jeas Saikia kepada Al Jazeera.

Menurut Saikia, kelompok suku Kuki dan suku-suku lainnya meyakini Meitei sudah menjadi komunitas dominan dan ‘mengambil keputusan dalam politik negara bagian’, sehingga tidak bisa diberikan tindak afirmatif itu.

Saikia menjelaskan bahwa wilayah kesukuan di bagian timur laut India menikmati perlindungan konstitusional tertentu, dan ada kecemasan di antara mereka bahwa dengan status ‘Scheduled Tribe’ berarti Meitei bisa memiliki tanah di area perbukitan.