redaksiharian.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggagas forum dialog antaragama dan budaya dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar pada September mendatang.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan gagasan tersebut kepada Presiden RI Joko Widodo,
“Kami mohon izin kepada Presiden untuk menyelenggarakan forum ini dan beliau memberi izin, sekarang kami sudah siap segala sesuatunya,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya, saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.
Gus Yahya menjelaskan kedatangannya menghadap Presiden Jokowi adalah selain melaporkan perkembangan gagasan forum dialog antaragama, juga meminta saran terkait waktu pelaksanaan di tengah KTT ASEAN ke-43 yang digelar di Jakarta pada 5-7 September 2023.
Ia juga meminta Presiden Joko Widodo dapat membuka dan memberikan pidato kunci dalam forum yang bernama “ASEAN Intercultural and Interreligious Forum” tersebut.
Menurut Gus Yahya, forum ini digelar dengan semangat yang sama saat PBNU juga menggagas R20, yakni forum para pemimpin agama-agama dan sekte-sekte dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20. Forum ini memanfaatkan posisi presidensi Indonesia pada 2022.
“Ini semangatnya sama dengan R20, semangatnya sama, tapi karena ini terkait dengan ASEAN nanti kami tidak akan menggunakan nama R20, ini forum ASEAN, forum antar agama dan antar budaya ASEAN,” katanya.
Adapun dalam keketuaannya di ASEAN pada tahun ini, Indonesia mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang bermakna ASEAN penting dan relevan sebagai pusat pertumbuhan dunia.
Ada tiga elemen penting dalam makna ASEAN Matters, yakni penguatan kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN.
Sementara di bawah pilar Epicentrum of Growth, Indonesia berupaya untuk memastikan unsur-unsur penting di kawasan yang terdiri atas arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan.