redaksiharian.com – Mantan presiden El Salvador , Mauricio Funes, dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena dugaan negosiasi rahasia yang diadakan selama masa jabatannya dengan geng-geng kriminal yang meneror negara Amerika Tengah itu. Vonis hukuman tersebut dijatuhkan secara in absentia dalam persidangan yang digelar pada Senin (29/5) waktu setempat.

Dilansir kantor berita AFP, Selasa (30/5/2023), kantor jaksa agung El Salvador mengatakan dalam sebuah pernyataan, mantan pemimpin sayap kiri, yang tinggal di Nikaragua itu, dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena berurusan dengan kelompok kriminal, dan enam tahun penjara karena pelanggaran tugas.

Pada tahun 2012, tahun pemilihan umum, gencatan senjata antara geng-geng di El Salvador, yang mendapat dukungan dari Organisasi Negara-negara Amerika, menyebabkan penurunan sementara dalam tingkat pembunuhan nasional.

Namun menurut jaksa El Salvador, Funes dan menteri pertahanannya saat itu telah “mengizinkan geng-geng untuk memperkuat ekonomi dan teritorial dengan imbalan menurunkan tingkat pembunuhan … untuk menguntungkan pemerintah dalam pemilihan.”

Menteri tersebut, David Munguia Payes, menerima hukuman yang sama dengan Funes, ditambah empat tahun penjara untuk “tindakan sewenang-wenang”, kata kantor kejaksaan. Dia telah berada di penjara di El Salvador sejak Juli 2020 menunggu putusan dalam persidangan ini.

Funes, yang menjadi presiden dari 2009 hingga 2014, berangkat ke Nikaragua pada 2016, mengklaim bahwa dia adalah korban persekusi politik dan menerima suaka. Dia kemudian juga diberikan status kewarganegaraan Nikaragua.

Selama di luar negeri, pria berusia 63 tahun itu juga divonis korupsi di tanah air. Namun, otoritas El Salvador tidak berhasil meminta ekstradisinya dari Nikaragua.

Presiden El Salvador saat ini Nayib Bukele telah menyatakan “perang” terhadap geng-geng narkoba, di mana hampir 69.000 tersangka gangster dipenjara hanya dalam waktu satu tahun, meskipun sekitar 5.000 orang di antaranya kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti.

Hingga 2019, El Salvador dianggap sebagai salah satu negara paling kejam di dunia yang tidak aktif berperang, tetapi tingkat pembunuhannya turun di bawah masa jabatan Bukele.

Menurut jajak pendapat, tindakan tegas Bukele mendapat dukungan dari sembilan dari 10 warga Salvador, tetapi telah dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi sebagai tindakan keras.