redaksiharian.com – Harga saham emiten nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) anjlok nyaris di batas auto reject bawah (ARB) 7% pada penutupan perdagangan Rabu (24/5/2023). Sekarang, saham NCKL diperdagangkan di level terendah sejak melantai (listing) tengah April lalu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), NCKL ditutup ambles 6,88% ke Rp880/saham. Nilai transaksi mencapai Rp56,43 miliar dan volume perdagangan 61,83 juta saham.

Dalam perdagangan hari ini, masih ada satu-satunya antrean beli, yakni di harga Rp880/saham sebanyak 3.618 lot atau senilai Rp319,02 juta.Semenjak menyentuh level tertinggi harian sejak listing, di angka Rp1.445/saham pada 18 April, saham NCKL cenderung ‘nyungsep’ ke bawah. Alhasil sejak tanggal tersebut saham ini sudah merosot 39%.

Sedangkan, sejak melantai di harga Rp1.250/saham pada 12 April lalu, saham NCKL sudah turun hingga 29,6%.

Kabar teranyar, NCKL, melalui anak usahanya PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), siap memproduksi nikel sulfat sebagai material inti pembuat baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Sekretaris Perusahaan NCKL Franssoka Y Sumarwi mengungkapkan saat ini pabrik nikel sulfat yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara tersebut sudah memasuki tahap peningkatan yang signifikan atau ramping up untuk mencapai kapasitas produksi secara penuh.

Pabrik nikel sulfat ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia dan terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi. “PT HPL untuk pertama kalinya berhasil memproduksi nikel sulfat kelas baterai pada 25 Maret 2023. Kami bersyukur sekali karena ini merupakan tonggak sejarah pencapaian baru dalam sumber daya energi baru di Indonesia,” kata Franssoka.

Lebih lanjut Franssoka mengungkapkan NCKL terus menyempurnakan dan meningkatkan produksi hingga mencapai total kapasitas produksi 240 ribu metrik ton (MT) nikel sulfat per tahun yang diperkirakan pada pertengahan tahun 2023.

Perusahaan yang sebelumnya menjadi pionir dalam produksi bauran nikel dan kobalt, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) pada tahun 2021 ini, tidak hanya menghasilkan nikel sulfat. Hilirisasi dan pemurnian MHP juga akan menghasilkan kobalt sulfat (CoSO4).

Nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan material inti pembuatan katoda sumber energi baru, yaitu baterai kendaraan listrik. “Dua senyawa ini merupakan contoh nyata keberhasilan konservasi dan peningkatan nilai tambah mineral, karena berasal dari pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah atau limonit yang sebelumnya tidak bisa diolah atau menjadi overburden. Teknologi yang tepat, yaitu High Pressure Acid Leach (HPAL) dan etos kerja yang tinggi memungkinkan ini terjadi,” tambah Franssoka.

Kapasitas produksi PT HPL memungkinkan perusahaan untuk mengolah dan memurnikan seluruh produksi MHP menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.Namun pada tahun 2023, anak usaha NCKL ini baru merencanakan untuk mengolah sekitar 50% MHP menjadi nikel sulfat. PT HPL juga sedang menjajaki penjualan dengan beberapa pembeli potensial dan diperkirakan ekspor perdana nikel sulfat akan dilakukan pada awal Juni 2023.

“Ke depan, perusahaan akan terus meningkatkan seluruh rantai industri sumber daya nikel, serta menjadi perusahaan manufaktur bahan energi baru yang mengedepankan pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat serta berkontribusi pada pengembangan industri,” pungkas Franssoka.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.