Ke-30 negara yang bersekutu dalam NATO Selasa (5/7) menandatangani protokol masuknya Swedia dan Finlandia. Ini merupakan ekspansi pakta pertahanan Atlantik Utara yang paling signifikan sejak 1990-an, tetapi keduanya baru bisa bergabung setelah parlemen semua anggota meratifikasi, dan kemungkinan dihadang masalah politik di Turki.
Langkah NATO itu secara strategis semakin mengisolasi Rusia yang menginvasi tetangganya, Ukraina, pada Februari.
Ke-30 duta besar dan perwakilan tetap NATO telah secara resmi menyetujui keputusan bersejarah KTT aliansi militer itu pekan lalu dengan mengundang tetangga Rusia, Finlandia, dan mitra-nya di Skandinavia, Swedia, untuk bergabung dalam NATO.
“Ini benar-benar momen bersejarah,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg bersama para menteri luar negeri kedua negara.
Penolakan parlemen negara anggota, Turki, atas keputusan akhir masuknya kedua negara, masih mungkin menimbulkan masalah meskipun nota kesepahaman telah dicapai di antara ketiga negara. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan pekan lalu bahwa Ankara masih bisa memblokir proses itu jika kedua negara tidak memenuhi tuntutan Turki untuk mengekstradisi tersangka teroris yang memiliki kaitan dengan kelompok-kelompok Kurdi yang dilarang atau jaringan ulama di pengasingan yang dituduh melakukan kudeta yang gagal di Turki pada tahun 2016. Menurut Erdogan, parlemen Turki bisa menolak untuk meratifikasi kesepakatan itu.
Pada konferensi pers, menteri luar negeri Swedia dan Finlandia dihujani pertanyaan tentang apakah sejumlah orang tertentu perlu diekstradisi ke Turki atau tidak? Keduanya menjawab bahwa daftar seperti itu bukan bagian dari memorandum dengan Turki.
“Kami akan menghormati memorandum itu sepenuhnya,” kata Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde. Ia menambahkan,”Seperti yang kalian lihat, tidak ada penyebutan daftar atau angka apa pun dalam memorandum. Dalam negosiasi di Madrid, juga tidak ada penyebutan angka atau daftar tertentu.”
Menteri Luar Negeri Pekka Haavisto menekankan bahwa Finlandia akan mengikuti semua proses dan keputusan.“Dari pihak kami, semua yang disepakati di Madrid tertuang dalam dokumen dan tidak ada dokumen atau perjanjian apa pun yang tersembunyi di balik itu,” jelasnya.
Masing-masing negara anggota aliansi itu memiliki tantangan dan prosedur legislatif yang berbeda untuk dihadapi. Jadi, mungkin perlu beberapa bulan bagi kedua negara Nordic itu untuk resmi menjadi anggota NATO.
Invasi Rusia ke Ukraina menambah urgensi proses itu. Masuknya kedua negara dalam aliansi militer itu akan mendongkrak pengaruh NATO, terutama dalam menghadapi ancaman militer Rusia.[ka/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.